Surga di Telapak Kakimu

Bertabur buih air mata yang terluka. 
Belati itu belati tebar pedih tebar perih. 
Berbunga-bunga ketika lihatmu ada. 
Menari-nari merintih redam sedih redam sedih. 

sumber: pixabay

*** 

Bulan Desember kemarin, gue sempat mengadakan give away tentang ibu. Anehnya, sampai tanggal 29 Desember 2016 belum ada satu pun yang berpartisipasi. Padahal deadline tanggal 31 Desember 2016. Tinggal dua hari lagi. Kan kacau!

Sepi amat ini dah nggak ada yang mau ikut. Kenapa, sih? Terlalu kecepetan dan gak sempet nulis? Apa lagi pada sibuk mempersiapkan tahun baruan?

Setelah mendengarkan saran dari beberapa teman untuk memperpanjang batas waktunya. Ya udah, akhirnya gue pun mengubahnya menjadi tanggal 6 Januari 2017. Eh, pas tanggal 30 dan 31 baru deh beberapa orang mulai pada ngasih tautan tulisan mereka ke gue. Parah! Kini, deadline itu udah berakhir, maka gue mulai mendata siapa aja yang ikut meramaikan. Setelah dihitung-hitung, ternyata lumayan banyak yang ikutan GA gue. Ehehe. Sungguh, ini di luar ekspektasi gue. Makasih banget ya buat kalian.

Inilah bloger-bloger keren yang meramaikan give away gue:

Robby Haryanto: Surat dari Ibu
Ahmad Rosyid: Curhatan tentang Ibu
Faranggi Eka: Mimpi Malam Jani

Fandhy Achmad: Tugasku Belum Usai
Gustyanita: Ibu

Karina Rahmania: Susah Puitis
Tari Artika: Hadiah untuk Ibu

Bahkan, ada yang nulisnya di Wattpad, entah gue gak tau siapa nama aslinya. Kalau nama akun Twitter-nya, sih, @Pilaa5SOS: Shout Out

***

Sambil membaca tulisan-tulisan mereka, gue mendengarkan beberapa lagu tentang ibu. Salah satunya ialah Tarintih (Barasuara).

Lagu itu diambil dari kata “tarian” dan “rintihan”, yang kemudian dijadikan satu: Tarintih. Sebuah lagu yang menceritakan tentang seorang ibu dari sudut pandang si anak. Anak itu sadar akan banyaknya kesalahan yang telah ia lakukan, tetapi ia masih berharap dan terus bertanya-tanya mengenai surga—yang katanya berada di telapak kaki ibu. Penyesalan dan pertanyaan itu tergambar jelas di bagian liriknya yang ini:

“Terlambatkah sudah, surga di telapak kakimu?”

Tarian dan rintihan ini adalah analogi dari perasaan senang dan sedih. Ya, hidup akan selalu begitu. Ketika kita sedang bersenang-senang; entah itu menghabiskan waktu untuk hobi, bermain bersama teman, atau pacaran, kita sering kali melupakan sosok ibu. Kita benar-benar terlarut di dalam kesenangan duniawi. Sudah tengah malam, tetapi kita masih keluyuran. Di kala itulah seorang ibu pasti akan cemas menanti-nanti anaknya pulang. 

“Sudah larut malam begini, kenapa si anak belum juga sampai rumah? Ditelepon dan di-SMS gak direspons. Di mana dia sekarang? Apa dia udah makan?”

Seorang ibu tentunya akan khawatir dan berpikiran seperti itu.

Lalu, di saat kita bersedih karena teman yang mengecewakan, putus sama pacar, atau merasa letih akan kehidupan. Barulah kita mulai merintih serta mengadu kepada ibu. Namun, seorang ibu tidaklah marah meski kita sering mengabaikannya. Ibu senantiasa memberikan perlindungan dan rasa nyaman. Seburuk apa pun yang telah kita perbuat, ibu akan tetap memaafkan dan membalasnya dengan kebaikan.

Mendengarkan lagu itu sambil membayangkan wajah ibu dan juga segala pengorbanan yang telah beliau lakukan ke gue tuh bener-bener bikin merinding.

Ibu telah memberikan dan melakukan banyak hal kepada gue, sedangkan gue sendiri hanyalah seorang anak yang suka ngeyel setiap dibilangin atau dinasihatin. Apalagi ketika beliau menyuruh gue membeli terigu, gula, atau mecin ke warung, gue biasanya nggak langsung berangkat. Gue malah sering banget jawab, “Nanti”; “Ntar dulu, ah”; atau “Ahelah, Sadam (adik gue) aja kenapa?”.

Gue sadar diri kalo belum jadi anak yang baik. Namun, masih bolehkah gue untuk berharap maaf darinya? Sudah terlalu banyak dosa gue. Sejujurnya, gue juga merasa kalau sampai saat ini belum bisa membahagiakannya. Apalagi membuatnya bangga. Lalu, apakah surga itu masih layak gue huni? Gue masih terus memikirkannya.

Kalian ngerasa begitu gak, sih?

Jadi, masih pantaskah kita mendapatkan surga?

Pikirkan sendiri!

Mumpung belum terlambat, mari kita mulai untuk lebih menghormati dan menyayangi seorang ibu. Bagi yang ibunya sudah meninggal, mari doakan beliau dan menjadi anak yang saleh atau saleha. Karena amalan yang tidak akan putus salah satunya, yaitu: doa anak yang saleh.

PS: Adakah tautan kalian yang belum gue tulis? Tolong koreksi di kolom komentar, yak. Dan sepertinya, gue umuminnya tanggal 10 aja deh. Masih bingung nih milih-milih siapa pemenangnya. Kalau kalian suka sama tulisan siapa?

Sekali lagi makasih buat yang udah ikutan!

--

"Mama was my greatest teacher, a teacher of compassion, love and fearlessness. If love is sweet as flower, then my mother is that sweet flower of love." - Stevie Wonder.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment