Kata orang-orang, hari Kiamat datangnya sebentar lagi. Itu tandanya bumi gonjang-ganjing. Kemudian Dajjal akan muncul dan menyebarkan fitnah yang paling sadis. Tapi di lain sisi, hadirlah Imam Mahdi sang pembela umat muslim. Dan Nabi Isa a.s juga diturunkan dari langit untuk membantu Imam Mahdi mengalahkan Dajjal.
Pokoknya kejadian itu bakalan kacau sekali.
Namun sebelum hal itu terjadi, saat ini akan ada sebuah kebangkitan yang menggemparkan dunia.
Kalian tau apa itu?
Tidak?
Ah, payah!
Baiklah, gue akan memberitahu kalian mengenai hal ini.
Karena ketika tulisan ini dibuat akan ada sebuah kebangkitan yang membuat dunia perblogeran menjadi ramai lagi. Yeah, karena WIDY yang tadinya sudah hampir bubar itu mulai bangkit kembali.
Groaaarrrrghhh.
***
“Btw, WIDY itu apa, Gaes?” tanya salah seorang bloger perempuan di Twitter.
Membaca twit itu, perasaan gue langsung kesel. Gak. Sumpah deh, gue nggak kesel sama si cewek kampret itu (terus kenapa segala nyebut dia kampret?). Namun, gue begitu kesal sama diri sendiri. Kenapa proyek yang pernah gue gagas ini bisa vakum lama sekali?
Cerita bersambungnya terhenti karena berbagai alasan. Sebenernya sudah hampir selesai, tapi entah kenapa gue ngerasa nggak sreg sama ceritanya. Ya udahlah. Suatu saat mungkin bisa gue lanjutin lagi, atau gue rombak ulang ceritanya. Karena sejujurnya, menyatukan pemikiran dan menulis keroyokan empat orang itu tidak mudah, Jendral!
Butuh banget yang namanya menurunkan rasa egois dalam diri tiap personil demi kebersamaan ini.
Oiya, jadi WIDY itu sebenernya memang hampir bubar. Yap, semua berawal dari kesalahan gue. Gue memang sang penggagas proyek itu, tapi malah gue juga yang meninggalkannya karena sebuah alasan. Kemudian, tak lama setelah itu ada konflik percintaan di dalamnya. Itu karena di antara kami ada yang diam-diam saling menyukai. Siapa lagi kalau bukan Wulan dan Darma? Di sebuah proyek menulis ini, dua anak manusia itu malah PDKT. Apalagi ketika gue mendengar cerita kalau Darma jauh-jauh mengunjungi Wulan yang berada di Pekanbaru itu. Tiket pesawat Jakarta – Pekanbaru itu gak murah, loh. Tapi si Darma dengan mudahnya langsung memilih untuk menemui pujaan hatinya tanpa berpikir panjang. Gue mulai curiga, ini si Darma jangan-jangan anak dari seorang pejabat lagi. Duitnya dia banyak banget coy!
Rasa-rasanya ada cinlok di sebuah grup menulis (yang dikerjakan hanya lewat dunia maya) ini konyol sekali. Bikin iri aja deh mereka berdua. Terus kalau Wulan sama Darma, gue sama Icha gitu?
Ya, kagaklah!
Mana mau gue sama cewek yang tulisannya binal dan liar gitu. Tulisan gue aja udah banyak yang mesum, kemudian ditambah tulisan dia yang seperti itu. Terus nanti kalo kita pacaran, obrolannya pasti nggak jauh dari selangkangan. Pacaran yang cuma memancing gairah atau birahi ajalah itu pasti. Dan seandainya kami menikah, nanti anak kami kayak gimana? Asli, gue nggak bisa bayangin hal ini. Terlalu suram!
Lagian, Icha sama gue itu klop sahabatan. Nggak akan pernah cocok kalau pacaran. Apalagi nanti hubungan kami berdua itu LDR. Muahaha. Makasih deh. Mending gue belajar dari masa lalu akan kegagalan menjalani hubungan jarak jauh itu.
Kalau nggak salah, cuma Icha aja yang masih rajin ngeblog ketika personil WIDY pada vakum. Ketika dia chat di grup Line aja jarang banget ada yang respons. Maka dari itu, semangat menulis Icha pun mulai kendur. Dan akhirnya kami berempat memilih mati suri dalam dunia perblogeran.
***
Begitu gue udah selesai depresi dan merasa kuat menghadapi dunia yang penuh kekerasan ini, gue langsung menghubungi mereka di grup. Banyak pertanyaan yang mereka lontarkan ke gue. Gue pun hanya bisa menjelaskan inti permasalahannya. Setelah itu, kami berempat mulai aktif ngobrol lagi di grup.
Tapi sayangnya, Darma dan Wulan tetap tidak bisa update blog. Sebenernya mereka, sih, masih menulis. Cuma gak di blog aja. Iya, mereka menulis di Tumblr dan notes hape. Wulan nggak bisa ngeblog karena komputer di kantornya—yang biasa dia gunakan untuk menulis—sekarang memblokir Gmail, Blogger, dll. Sedangkan si Darma, dia mulai nggak pede curhat masalah pribadinya di blog.
Selain masalah itu, Icha juga sempat keluar dari grup ini. Awalnya, gue emang sedang iseng membuat drama di Twitter. Belakangan ini, Icha sering di-bully soal dia yang harus memilih grup WWF (grup bermain Werewolf di Telegram), WIDY, atau Wortel Share (grup milik Pangeran Wortel).
Waktu itu, voting akhirnya ialah Wortel Share sebagai grup yang harus Icha pilih. Entah siapa yang sudah vote itu, yang jelas gue nggak mempermasalahkannya karena memang iseng dan bercanda. Namun, si Ichsan dan Yogaesce malah ngeledek Icha terus-terusan akan hal itu. Mereka bilang, Icha itu pengkhianat. Mending kick aja dari grup.
Dan entah kerasukan setan dari mana, tiba-tiba gue memiliki niat busuk. Gue saat itu juga langsung mengeluarkan Icha dari grup. Sebenernya Icha nggak benar-benar dikeluarin (tolong soal kata keluar-keluar ini jangan negatif, ya). Iya, sebenernya skrinsut yang gue tampilkan di Twitter itu hanyalah rekayasa belaka. Gue memasukkan nomor ngasal yang gue beri nama Icha Hairunnisa untuk menguatkan sebuah drama. Pokoknya agar kejadian itu seolah-olah beneran terjadi.
Twitter pun langsung heboh dari siang sampai sore karena hal itu (dalam lingkaran gue aja, sih). Habisnya kebetulan banget Icha gak nongol-nongol di grup ataupun Twitter. Dia seperti lari dari masalah dan tidak mengklarifikasi akan kejadian tersebut.
Lalu, pada malam harinya Icha ngomel-ngomel di grup. Dia bilang, dia sampai nangis-nangis karena dikeluarin (tolong ya sekali lagi, jangan pernah negatif ketika membaca kata “keluar”) dari grup WIDY. Asli, gue nggak nyangka bisa bercanda sampai kelewat bates kayak gitu. Syukurnya, Icha dapat mengerti kalau hal itu memang untuk lucu-lucuan.
***
Beberapa hari kemudian, Icha beneran left dari grup. Entahlah, dia lagi cari perhatian atau apa. Gue yang waktu itu sedang sibuk dengan deadline dari klien untuk tulisan berbayar pun tidak begitu menghiraukan dan memusingkannya. Gue juga berusaha berpikiran positif. Nggak mungkin kalau caper sampai segitunya.
Begitu tulisan kelar, gue segera menelepon Icha. Iya, supaya gue bisa mengetahui kalau dia itu serius keluar dari grup atau hanya mau gantian ngerjain gue.
“Halo, Cha,” sapa gue.
“Ngapain kamu nelepon?” tanya Icha jutek.
Gue langsung to the point akan permasalahan dia left. Dia pun menjawab kalau gue itu bercandanya kelewatan banget di grup. Karena merasa bersalah, gue segera meminta maaf.
“Hah? Maaf? Seorang Yoga bisa minta maaf?”
Asu! Dikira gue ini Iblis kali, ya... yang udah berbuat salah tapi nggak pernah mau minta maaf. Ternyata, Icha baper beneran. Huhu.
“Iya, Cha. Maafin gue, ya.”
“AHAHAHA. INI KEJADIAN LANGKA. HARUS DIREKAM NIH!” ujarnya dengan nada merendahkan.
Gue bergeming. Gak tau lagi mau ngomong apa. Gue kali ini bener-bener merenungi kesalahan gue itu. Ya, gue pun introspeksi untuk mengurangi bercandaan di grup agar tidak kelewat batas. Kalau bercanda mending sewajarnya aja.
Akhirnya, gue bilang ke dia, “Ya udah, jangan left lagi, ya. Udah gue masukin (plislah, jangan mesum ketika membaca kalimat ini) grup lagi tuh.”
“Aku lagi ngambek sama kamu, Yog. Aku kesel. Aku pokoknya lagi males di grup itu,” ucap Icha begitu jujur.
Mendengar kalimatnya itu, seketika gue lemes. Entahlah. Gue langsung merasa berdosa. Gue telah mengecewakan member grup proyek menulis sekaligus sahabat gue ini. Gue kemudian merenungi banyak hal. Dari yang awalnya nggak bisa menempatkan di mana waktu serius dan di mana saatnya bercanda, lalu sampai ke hal-hal yang cukup rumit.
Apa iya diri gue ini memang belum pantes sebagai penggagas grup? batin gue.
Gue rada lupa gimana percakapan selanjutnya. Yang gue inget jelas, kalo nggak salah, sih, dia bilang mau siap-siap Magriban.
Klik. Telepon ditutup.
Ternyata mengecewakan seorang sahabat itu rasanya nyesek juga. Gue mulai takut kehilangan member grup WIDY yang lain. Gue mulai berpikiran yang bukan-bukan. Gue juga menyuruh Wulan dan Darma keluar aja kalau memang udah nggak betah sama seorang penggagas bodoh seperti Yoga ini.
Anehnya, mereka memilih bertahan. Gue merasa sedikit lega.
***
Beberapa hari kemudian, Icha pun meminta maaf kepada gue. Entahlah, mungkin dia merasa bersalah juga. Ketika ada seseorang yang meminta maaf, tetapi dia malah bersikap tidak acuh. Dia berulang kali menelepon gue. Namun, waktu itu posisinya gue lagi berduaan sama pacar. Gue merasa nggak sopan aja gitu menerima telepon dari perempuan lain (selain Nyokap atau keluarga) di depan pacar. Apalagi pacar gue juga nggak kenal Icha. Gue dengan terpaksa mendiamkan teleponnya. Sejujurnya gue tidak lagi menghindari Icha. Buktinya, gue masih berusaha menyempatkan waktu untuk membalas pesan Icha di WhatsApp.
Icha kini sudah masuk grup kembali.
Setelah banyak kalimat permintaan maaf akan kesalahan masing-masing dari para personil, kami berempat akhirnya kembali berhubungan baik. Malahan, kami berencana untuk mengajak seseorang bergabung ke grup ini. Iya, kami merasa butuh sosok yang bisa membangkitkan semangat kami berempat kembali. Maka, beberapa kandidat pun muncul di kepala. Halah, beberapa segala. Padahal mah emang cuma satu orang.
Yang tidak lain tidak bukan ialah: Raditya Dika. Anjir, ngaco!
Dia adalah Robby Haryanto.
Kenapa kami berempat memilih dia?
Itu semua karena....
Karena cinta memang tidak butuh alasan. Halah! ^__^
Ya, pokoknya itu semua karena beberapa pertimbangan. Dari zaman blog gue masih berdomain yoggaas(dot)com, gue sudah mulai memperhatikan si Robby ini. Gue nggak nyangka banget kalau muka setua itu masih SMA. Eh, bukan ini. Bukan! Gue beneran kaget kalau Robby ini masih anak SMA. Meski dia masih sekolah, namun semangat menulis dan konsistennya patut dicontoh.
Entahlah bocah ini apa motivasinya dalam menulis, yang jelas Robby ini benar-benar menarik perhatian kami. Tulisan dia pun memiliki ciri khas dan lumayan lucu. Apalagi dia juga cukup paham soal EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Ah, pokoknya emang dia doang kandidat terkuat.
Ini Robby kalau baca pasti cengengesan. Ya, jangan lupa kirimin pulsa ke nomor gue karena udah dibagus-bagusin dan dipuji, ya!
Masuknya anggota baru ini rasanya menambah warna baru. Dia yang paling muda di grup. Semangat dan konsistensi ngeblognya benar-benar membuat gue mengacungi empat jempol (maaf kalau jempol kakinya ikutan, padahal yang ikutan jempol kaki gajah. Apaan!).
Gue sedikit berharap dan banyak berdoa. Semoga dengan adanya member baru ini, grup aneh yang suka menulis tapi belum terkenal-terkenal ini bisa meramaikan dunia perblogeran lagi seperti dulu. Aamiin. Hohoho!
Emang, sih, agak mustahil kami berlima bisa rajin bikin proyek. Soalnya Robby sendiri sebentar lagi akan UN karena dia udah kelas tiga SMA. Wulan dan Icha pun lagi sibuk kerja mencari uang demi biaya nikah. Buahaha. Gue sendiri juga lagi padat sekali sama kerjaan yang gajinya kecil itu.
Udah gitu, sekarang Darma pindah ke Turki. Katanya, sih, dia mau belajar agama di sana. Salut! Kalau orang-orang menuntut ilmu sampai ke negeri Cina, si Darma malah memilih ke negeri Turki. Keren abis dan anti-mainstream!
Tapi gue yakin, sih, ini alasan dia aja. Gue rasa si Darma ini sebenarnya mau ikutan syuting Elif (film series drama Turki). Dia sudah lelah ngeblog karena tulisannya nggak kunjung page one, atau dia kesel karena nggak dapet-dapet tulisan berbayar yang harganya bisa sampai jutaan. Iya, bagi Darma mungkin ngeblog nggak bisa bikin dia kaya. Mending juga jadi aktor di film Elif. Ya, biarpun dia di sana hanya dapet peran sebagai gelandangan. Paling nggak, dia merasa bahagia daripada ngeblog yang gitu-gitu aja. Ehehe.
Walaupun Darma sudah pindah ke Turki dan gak pernah ngeblog lagi, dia itu tetap sahabat kami. Dan semoga aja nanti dia bisa menemukan motivasinya kembali untuk menulis dan ngeblog. Aamiin.
Intinya dengan adanya tulisan ini, gue ingin memberi tahu kalau anggota kami sekarang berlima. Wuhuuu! Kami berlima akan bangkit dan menggemparkan dunia (sok iye banget, anjis!). Muahaha. Yeah, kami adalah WIRDY Cafe. Sebuah tempat nongkrong dan menulis yang paling asyik~
wirdy cafe, desain oleh saya |
Maaf ya, bikin tulisan nggak jelas kayak gini aja kepanjangan. Maaf juga telah membuang-buang waktu kalian karena membaca tulisan yang nggak ada faedahnya ini.
Sekian dari gue. Terima kasih.
Sekian dari gue. Terima kasih.
0 comments:
Post a Comment