Tugas dan Pesan Moral

Sebuah kesibukan itu bisa membuat dirimu lupa akan banyak hal. Termasuk lupa kalau kamu habis putus atau patah hati. Eaakkk.

Namun, gue tidak ingin membahas tentang putus, patah hati, ataupun cinta-cintaan. Udah keseringan menuliskan tentang itu. Hidup tidak hanya soal itu melulu. Masih banyak hal-hal menarik lainnya. Asyek.

Jadi, yang akan gue tulis ialah....



Etapi mendingan kalian baca aja deh. Ehehe. Terus simpulkan sendiri, gue kali ini membahas apa.

***

“Yog, gue lihat tugas Ekonomi Makro, dong.”
Sebuah pesan WhatsApp dari Arief—temen sekelas di kampus—benar-benar mengagetkan gue.
Kemudian gue segera membalas, “Emang ada? Tugas yang mana deh?”

 Mungkin si Arief bertanya kepada orang yang salah. Tapi ya beginilah kenyataannya. Lalu, Arief pun menjelaskan kalau di jam-jam terakhir perkuliahan minggu lalu, Pak Dosen menuliskan sesuatu di papan tulis. Yang ternyata adalah sebuah tugas. Mengingat minggu ini UAS, ya... gue tidak begitu memerhatikannya. Karena gue lebih fokus ke kisi-kisi UAS (padahal belum tentu juga belajar).

Entah kenapa, hari itu gue memang tidak ingat apa-apa soal tugas. Mau belajar untuk UAS saja rasanya males. Gue males bukan karena orangnya pemalas. Bukan. Kalo itu mah gak perlu ditanya lagi.

Itu karena gue baru saja pulang kerja freelance. Kondisi badan gue sangat letih, dan rasanya ingin segera meniduri kasur.

Bentar, kayaknya malah jadi mesum kalau ditulisnya gitu.

Oke, ralat.

Dan rasanya ingin segera sleep.
Ah, sok Inggris lu, Yog!

Oke, maaf.

Dan rasanya ingin segera bobo.
Um... kok malah jadi kelihatan sok imut, ya?

Baiklah. Apa pun itu, intinya gue pengin mengistirahatkan tubuh supaya fit kembali di pagi harinya.

Namun, karena ada yang ngingetin gue akan sebuah tugas, gue pun dengan terpaksa melek-melekin mata yang sudah redup ini. Apalagi ketika Arief mengingatkan gue di bagian terpenting, “Yang nggak ngumpulin tugas, nggak boleh ikut UAS.”

Sempak Aladin. Sundel bolong. Sinetron Anak Jalanan (eh, ini sinetron ngapa dibawa-bawa segala?)

Ah, pokoknya gue panik bukan main.

Gue melihat jam dinding, jarum pendeknya menunjukkan ke angka 8, sedangkan jarum panjangnya menunjuk ke angka 3.
Ah, baru jam 8 lewat 15. Santai.  Batin gue.

Gue memilih rebahan sambil Twitteran. Mencoba menghibur diri dan berusaha santai sejenak.

Tapi, saking asyiknya gue scroll-scroll timeline, tiba-tiba sudah pukul sembilan.

Kancut sobek. Pocong kayang. Sinetron Anak Jalanan (eh, ini sinetron ngapa dibawa-bawa lagi?)

Bodo, ah.

Gue pun langsung fokus mengerjakan soal. Soalnya, sih, cuma 5 biji. Kampretnya, setiap soal itu jawabannya panjang-panjang banget. Sebutkan, jelaskan, dan berikan contoh. Suram abis.

Perlahan-lahan gue mulai cari jawabannya di buku catetan, di Google, dan di Youtube.
Oke, yang Youtube boong deng. Itu karena gue gak fokus dan malah nontonin video. Gue kembali fokus ke soal-soal. Laptop lebih baik gue matikan saja, daripada bikin konsentrasi gue buyar lagi.

Karena benar-benar fokus, gue berhasil menjawab soal-soal itu dengan baik. Namun, itu barulah dua nomor. Masih ada tiga lagi. Huft.

Oke, gue kudu tetap semangat.

Gue ubek-ubek buku catatan, tapi nggak ketemu. Gue googling pun nggak ketemu. Parah. Ternyata tidak semua jawaban itu benar-benar ada di Google, ya. Jawaban cinta aku ke kamu, misalnya.
Emaap.

Serius. Gue beneran nggak menemukan jawaban yang gue cari. Mana udah pukul 22.20 pula. Oleh karena itu, gue pun bertanya ke beberapa teman sekelas.

Dan jawaban mereka semua seragam, “Waduh. Gue malah belom sama sekali.”
Oke, gue pun mencoba bersikap tenang.

Mengingat banyak teman yang suka bilang seperti itu, tetapi keesokan harinya tau-tau kelar dan ngumpulin, gue pun resah kembali.

Teman yang begitu emang bhangkeee. Individualisme banget. Okelah, mungkin gue kudu mandiri dan tidak bergantung kepada teman.


Gue tetap tidak menyerah untuk mencari jawabannya sampai ketemu. Mencoba nyari di buku paket..., eh baru inget kalo gue nggak beli buku. Ehehe. Gue emang mahasiswa nggak modal. Mau tidak mau, gue kembali berselancar di internet. Mencoba mencari artikel yang terkait saja, nanti tinggal gue simpulkan sendiri menurut pemikiran random gue.

Sampai akhirnya....

*** 

Tugas pun selesai gue kerjakan. Ahhh, bahagia sekali rasanya.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah empat. Ahhh, kampret sekali rasanya.

Ternyata gue mengerjakan tugas sampai ganti hari. Padahal pukul tujuh gue kudu berangkat kuliah.
Terus gue kapan tidurnya dong?

Tidur tiga jam hanya akan membuat kepala gue pusing. Tanggung. Alhasil, gue menuliskan cerita ini. Entah, setelah tulisan ini kelar, gue bakalan tidur berapa jam. Yang penting jangan sampe bangun kesiangan.

Jangan sampe kesiangan... itu berarti gue cuma tidur dua jam?

Oalah, cuma dua jam, ya. Hahaha.


DUA JAM MEN?!


TIDAAAKKKKKK.


Ya, Tuhan. Gini amat jadi mahasiswa. Sebenernya emang salah gue sendiri, sih. Terlalu sibuk nganggur sampe lupa sama jam tidur normal. Dan pas terlalu sibuk mikirin UAS, gue sampe lupa sama tugas kuliah. Dan satu lagi, terlalu sibuk bahagia dengan diri sendiri, gue sampe lupa kalau hidup juga butuh pasangan. Ah, nanti dulu deh. Yang penting gak ngenes walaupun nggak punya pacar.

MERDEKA!

Pesan moral: jangan pernah menunda-nunda sesuatu, itu ialah perbuatan yang tidak baik. Apalagi kalau menunda tugas yang menjadi syarat wajib untuk mengikuti UAS, jangan pernah sekalipun kalian tunda... atau kamu akan mendapatkan nilai E.

Pesan moral lagi: jangan sampe ngerjain tugas terlalu bersemangat, sehingga kamu malah kurang tidur. Itu bahaya! Nanti di perkuliahan dan saat ngerjainnya UAS-nya (jika ada UTS/UAS) kamu malah terngantuk-ngantuk.

Pesan moral sekali lagi: jangan terlalu percaya pesan moral. Apalagi kalau si Yoga yang nulis.

Musryik, Gaes!

Saking udah males buat tidur, gue juga iseng desain tipografi:


Tugas dan Pesan Moral



Terima kasih.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment