Sehari Sebelum Merdeka

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Ya, kalian semua sudah pada tau. Itu memang cuma kalimat pembuka aja. Berarti, sehari sebelum merdeka adalah 16 Agustus (anak SD juga tau kampret).

Di saat orang-orang banyak yang sedang lomba untuk memperingati hari kemerdekaan, gue malah masih ngulet-ngulet di kasur. Mandi? Boro-boro. Karena mandi di hari Minggu itu bisa dikucilkan dari peradaban.

Lagi asyik-asyiknya baca timeline Twitter, tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Ini nomor temen gue kali, ya? Mungkin mau ngajak hangout.

“Selamat sore.” Terdengar suara laki-laki.
“Hmm.” Gue mencoba untuk berbicara, tetapi tenggorokan gatel.
“Selamat sore, Pak,” kata orang itu dengan suara agak gugup.

“Iya, sore.” Wah, kayaknya ini mirip sama panggilan interview deh. Akhirnya.... “Ada apa, ya?” tanya gue.

Mengingat hari Minggu, perusahaan tidak mungkin menelepon di hari libur. Harapan gue langsung pupus. Melihat jam yang baru pukul 14.15, kayaknya jam 2 itu siang deh. Ini yang bego siapa? Gue atau yang nelepon? Ah, bodo amat.

“Kami dari Galeri Ind*sat ingin menanyakan beberapa hal untuk Bapak.”

Lagi-lagi, dia ngomong terbata-bata. Suara napas dan nada bicara dia ketahuan kalau lagi berbohong (anjir keren amat gue bisa denger suara napas orang di telepon). Gue udah tau kalau ini penipuan. Tapi karena nggak ada kerjaan, ya udah gue coba aja dengerin dia. Pulsa dia ini yang habis.

“Apa aja pertanyaannya, Pak?”
“Sudah berapa lama Bapak memakai Ind*sat?”
“Kalau nggak salah dari 2011, deh. Jadi, kira-kira sudah empat tahunan,” jawab gue jujur.
“Wah, selamat! Karena pemakaian yang sudah lebih dari 3 tahun, Bapak terpilih sebagai pemenang undian uang sebesar 1 juta rupiah di event Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-70.”

Waduh, bisa aja ini orang nyari alasan untuk menjadikan gue pemenang. Tau gitu, mending gue jawab, “Baru kemarin ganti kartu, Pak. Masih newbie.”

“Alhamdulillah,” kata gue sok bahagia. Padahal sadar kalo mau ditipu.
“Sebelumnya, apakah benar Bapak berdomisili di Jawa Barat?” tanya orang itu.
“Emang kenapa?”
“Untuk proses pengambilan hadiah, Pak.”

Gue diem dulu sebentar. Sengaja membuat si penelepon ini menunggu.

“Bapak di Jawa Barat sebelah mana?” tanya dia lagi.
“SOTOY LU! GUE DI JAKARTA,” sahut gue kesel.

Tut... tut... tut... tut....

Yeeehh, gue malah dikentutin sama telepon.

Duh, seharusnya gue nggak khilaf bilang kayak gitu. Pulsa dia belum habis banyak. Rugi kan gue nggak bisa gantian ngerjain. Tapi, kasihan banget si penipunya. Dia masih pemula, mungkin juga lagi latihan menipu. Sayangnya, dia salah memilih korban. Gagal deh.

Ya, habisnya gimana... gue, kan, orangnya nggak gampang tergiur sama uang sejuta. Sering banget gue dapet SMS hadiah uang puluhan juta, motor, bahkan mobil. Semuanya gue cuekin. Nggak ada yang pernah gue ambil. Gue mah emang gitu. Coba tawarin gue kerjaan, pasti gue langsung ketipu. Wakakakaka. Begitulah nasib seorang pengangguran yang hampir ketipu perusahaan fiktif.

Ya udah, itu aja cerita yang bisa gue tulis.

Di mana sehari sebelum merdeka, beberapa tokoh penting lagi menyiapkan sesuatu hal untuk tanggal 17 Agustus: Sayuti Melik lagi mengetik naskah proklamasi; Soekarno lagi menyiapkan mentalnya agar tidak grogi saat pembacaan teks; Fatmawati fokus menjahit bendera Merah Putih karena dikejar deadline.

Sedangkan gue... malah teleponan sama penipu yang amatiran.

Kenapa begini, sih? Ya, Allah. Gue merasa masih dijajah.

Sumber : KLIK INI



Btw, selamat HUT RI yang ke-70. Semoga gue cepet dapet kerja. Sesuai logo di atas. AYO KERJA!
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment