Mengulas Kisah Ibu



Menurut gue, mengulas itu nggak segampang mengeles. Um, maksud gue bukan ngeles yang pelajaran tambahan gitu, ya. Bukan. Tapi, ngeles yang menghindar dari kesalahan. Gue nggak ngerti, sih, sama orang yang udah jelas-jelas salah, eh tetep aja ngeles dan gak mau mengakui kesalahannya. Apa susahnya, sih? Ngaku salah itu keren, kok! Ya, daripada merasa dirinya paling benar.

Halah. Pembukaan macam apa ini? Gak nyambung banget asli sama isinya.

Oke, sesuai janji kalau gue bakalan mengumumkan pemenang give away ibu di tanggal 10 Januari 2017. Gue berusaha menepatinya. Ya, walaupun telat sedikit dan udah mepet banget tengah malem. Namun, sebelum mengumumkannya, gue mencoba untuk mengulas kisah ibu para temen-temen yang udah ikutan GA ini.

***

1. Seperti biasa, setiap membaca tulisan Fandhy gue terpukau karena pemilihan katanya yang bagus. Tulisannya tentang permintaan maaf dari si anak karena belum bisa membahagiakan ibunya. Salah duanya ialah karena belum dapat pekerjaan dan belum memiliki calon istri. Ya, pacar aja gak dapet-dapet. Sedih juga, ya, rasanya jadi si Ibu. Anaknya belum laku-laku begitu. Emaap.

2. Sedangkan Adibah membuka tulisannya dengan sebuah foto seorang ibu dan bayinya. Kemudian, dia menjelaskan tentang pose si anak yang mengepalkan tangan dengan erat seolah-olah ingin memukul. Oh ternyata, dari kecil si Adibah ini emang udah macho dan sangar abis.

Namun, biarpun rada kecowok-cowokan begitu, Adibah ini suka banget bantuin ibunya masak atau bikin kue. Ya, meskipun setiap kali kue itu gagal atau gak enak, pasti Adibah yang selalu kena omelan. Begitu pun dalam urusan ibadah, padahal masjid atau musala baru azan, tapi ibunya langsung menegurnya agar si Dibah cepat melaksanakan kewajibannya itu. Kesal karena dimarah-marahi melulu, Adibah pun jengkel. Tapi, Adibah akhirnya sadar kalo hal itu adalah bentuk perhatian dan kasih sayang seorang ibu. So sweet.

3. Gue belajar banyak dari cerita Shela. Tentang seorang ibu yang sungguh memperhatikan anaknya, tetapi si anak malah cuek. Di saat teman-teman yang lain iri melihat perlakuan ibu ke anaknya yang begitu romantis, Shela malah agak risih. Itu pun terjadi sama gue. Kadang, gue juga merasa kalau Nyokap suka lebay. Apalagi gue kan cowok. Aneh aja gitu rasanya sering ditanyain, baik di chat ataupun SMS, “Lagi di mana?”; “Udah tengah malem kok belum pulang?”; dan “Udah pejwan belum?”

Akhirnya, Shela mulai bersyukur akan hal itu. Kemudian, dia menceritakan bagaimana dirinya yang telah mengecewakan ibunya. Saat itu, Shela keterima kerja di Jakarta, tetapi kondisinya tidak memungkinkan. Pertama, dia sedang sakit pencernaan. Kedua, karena agak ragu harus kerja yang jauh dari rumahnya, yaitu Bandung. Ibunya pun menangis akan keputusan Shela itu. Kemudian, Shela menutup tulisannya dengan berbagai permintaan maaf yang belum bisa membahagiakan ibunya. Duh, semoga rezekinya bisa tergantikan dan impiannya segera tercapai ya, Shel! Aamiin.

4. Tulisan Siti Faridah ini tentang mengenang masa kecilnya. Yang mana, ibunya harus mengayuh sepeda dengan jarak 3 kilometer (kurang lebih) agar dapat membelikan busana untuk anaknya. Sehingga anaknya bisa tampil menarik di perayaan Hari Kartini. Kemudian, dia bercerita tentang ibunya yang harus berjuang menghidupi anak-anaknya seorang diri setelah kepergian sang suami. Setelah itu, ibunya juga sempat sakit dan semakin parah sepulang dari rumah sakit. Syukurnya, sekarang ini ibunya sudah kembali sehat. Semoga beliau selalu diberi kesehatan, ya! Dan semoga bisa tersenyum bahagia ketika melihat Faridah menikah. Aamiin.

5. Saptian Putri sebenarnya adalah cowok. Eh, bukan-bukan. Maksud gue, dia curhat kalau sebenarnya dulu orangtuanya menginginkan anak cowok karena telah memiliki dua anak cewek. Sayangnya, takdir berkata lain. Ya, Saptian lahir sebagai cewek (yang namanya agak cowok). Dia masih tertolong akan nama Putri. Setelah itu, dia bercerita kalau seorang ibu memiliki kekuasan paling tinggi di rumah. Misal, ketika ada pakaian kotor jangan digantung sembarangan. Keluarlah ocehan-ocehan sang ibu. Namun, hal itu tidak berlaku untuk ibunya. Ketika dia mengingatkan ibunya agar tidak menggantung pakaian kotor sembarangan, ibunya tidak merasa salah dan tetap memarahi dirinya.

Seolah-olah seperti ada peraturan:

Pasal 1. Ibu selalu benar.
Pasal 2. Jika ibu salah, lihat pasal 1.

6. Agak berbeda dengan yang lainnya, Ahmad Rosyid bercerita tentang hubungan ibunya yang kurang harmonis dengan nenek (mertua ibunya). Setelah itu, dia sangat bersyukur memiliki ibu yang selalu menanyakan kondisi keuangannya. Baru pertengahan bulan, uang Ahmad mulai menipis. Seketika itu pula ibunya bagaikan memiliki hubungan batin yang benar-benar kuat dan menanyakan keuangannya, “Apakah uang bulanan masih cukup?”

Dia pun merasa sedih dan malu karena dirinya kesulitan mengatur keuangan. Oleh karena itu, dia tidak mau lagi ditransfer ibunya di pertengahan bulan. Dia lebih memilih meminjam kepada teman daripada harus menambah repot orang tua. Hm... semoga ke depannya bisa menggunakan uang dengan lebih bijak, ya!

7. Lalu, si @Pilaa5SOS yang paling berbeda sendiri karena curhat di Wattpad ini bercerita tentang ibunya yang cerdas, kuat, dan unik. Bagian uniknya ini karena menyukai boyband seperti Westlife, New Kids On The Block, dan Backstreet Boys. Gokil! Di mana kebanyakan orangtua menyukai musik-musik dangdut, tetapi ibu Pila ini berbeda. Anjaaay seleranya boleh juga.

8. Cerita dengan dua sudut pandang ini membuat mata gue berkaca-kaca. Mommy Gadget menceritakan bagaimana rasanya menjadi anak dan pengalaman menjadi seorang ibu. Ternyata menjadi seorang ibu tuh gak gampang. Dia juga menjelaskan mengapa seorang ibu tuh sering ngomel-ngomel. Ya, karena itu ialah cara yang paling efektif untuk mengungkapkan rasa sayang kepada anaknya. Itu semua karena perempuan lebih menggunakan hati atau perasaannya, bukan logika. Kalau seorang ibu lebih sering pakai logika, entah deh tuh bakal gimana.

Kemudian tulisannya ditutup dengan sebuah kutipan yang kece:

“Toh, bukankah cinta ibu pada anaknya juga merupakan sebuah cinta paling buta di dunia? Tanpa syarat. Tanpa alasan.”

9. Mbak Gustyanita menceritakan masa kecilnya yang sering dititipkan ke tetangga. Sebab, ibunya ialah seorang PNS yang sering dinas ke luar kabupaten. Gue gak bisa bayangin gimana rasanya jika waktu bersama ibu itu hanya sedikit karena beliau sibuk bekerja. Bersyukurlah gue karena di saat kecil, ibu gue seorang ibu rumah tangga. Namun, itu semua ibu lakukan demi biaya hidup anaknya.

Dari tulisannya, gue juga baru tau kalau perut sakit (entah yang dimaksud itu sakit perut biasa, mules, atau maag), bisa sembuh dengan cara mengguling-gulingkan botol kaca yang berisi air hangat di atas dan area perut yang sakit. Itu katanya manjur banget di setiap sakit perut. Kalian harus cobain, Gaes! 

10. Menurut gue, Hawadis ini adalah seorang bloger yang memiliki ciri khas tersendiri. Dalam tulisannya, dia selalu bisa membuat gue mengumpat, “Berengsek ini anak tiap hari makannya apaan, sih? Selalu ada aja hal-hal yang sederhana, tapi gak kepikiran sama gue.”

Apalagi teori-teori fisikanya yang kampret abis. Itu pun muncul ketika dia membahas ibu-ibu naek motor matic. Setelah itu, dia bercerita tentang ibunya yang mengajarkan sesuatu. Secara gak langsung juga mengajari gue untuk tidak takut dalam memulai sesuatu. Seorang ibu meskipun juga ketakutan, beliau akan berusaha melindungi dan menenangkan anaknya. Membuat anaknya yakin kalau semua akan baik-baik saja, meskipun dalam setiap hal pasti ada risikonya.

11. Gue masih gak nyangka kalau Teh Fasya Aulia ini begitu akrab dengan mamanya (karena Fasya memanggil ibunya itu dengan sebutan mama, halah segala dijelasin, Yog!) bagaikan seorang sahabat atau teman main. Fasya menceritakan bagaimana keanehan mamanya yang bikin gue ketawa. Jujur, gue juga gak habis pikir kalau ibunya ternyata narsis dan gaul abesss. Sebuah kisah ibu dan anak perempuannya yang cukup menghibur!

12. Awalnya, gue bingung sama cerita Karin (bukan Awkarin alias Karin Novilda, tapi Karina Rahmania) yang curhat tentang pengalaman dia mencari kerja. Perasaan ini temanya tentang “ibu” deh, bukan “pekerjaan”. Setelah gue baca lebih lanjut, ternyata tulisan itu tentang ibunya yang selalu memberi semangat ketika dia lelah karena gagal mendapatkan pekerjaan. Ibunya juga pasti membuatkannya sarapan agar nanti kuat dalam mencari kerja dan fokus menjawab pertanyaan saat psikotes maupun interviu. Sampai akhirnya, Karin pun mendapatkan pekerjaan dan bisa membiayai kuliahnya sendiri. Itu semua terjadi karena ada sosok ibu yang selalu mendukung dan mendoakan anaknya.

13. Berbeda dengan yang lainnya—tulisan berupa curhatan—, si Robby ini membuat cerita fiksi. Tulisannya berbentuk cerpen yang menceritakan tentang seorang anak yang ditinggal orangtuanya. Si tokoh utama ini harus hidup berdua dengan adiknya yang masih bayi. Di umur 16 tahun, ia sudah mengalami beban hidup yang berat. Namun, menurut gue ceritanya agak maksa dan gak begitu kuat. Dan gue juga merasa itu terlalu sinetron. Kayaknya kurang relate gitu, sih, sama keadaan di sekitar. Namun, biar bagaimanapun bikin tulisan fiksi itu gak gampang. Gue mengapresiasi itu. Gue cukup terhibur sama selipan jokes-nya. Gue pun ketipu sama ending-nya.

14. Selain Robby, ada lagi yang membuat cerpen. Dialah Anggi, saudara kembar Ingga sekaligus adik dari Raditya Dika. Buahaha. Yekali adiknya Radit ikutan GA ini. Oke, serius. Cerpen Anggi membuat gue merenung akan seorang ibu yang juga ingin mendapatkan perhatian dari anaknya. Karena sering gak ngabarin ibunya, Jani (nama tokoh di cerpen itu) ditegur lewat mimpi buruk yang membuat gue terbawa suasana. Dan akhirnya menghasilkan kejutan. Bangke! Cerpen Anggi ini bagus euy! Padat, singkat, dan jelas.

15. Tulisan Tari menjelaskan bagaimana caranya membuat seorang ibu bahagia. Kalau menurut dia, salah satunya dengan cara lulus kuliah dan menjadi sarjana. Lalu, di balik sebuah cerita wisudanya itu, ibunya begitu repot dan sangat antusias mempersiapkan pakaian untuk anaknya. Betapa ibunya itu benar-benar bersemangat demi menyaksikan anaknya memakai toga. Oleh karena itu, Tari pun memberikan sebuah hadiah kepadanya ibunya berupa nilai-nilai yang bagus.

***

Setelah memikirkan masak-masak, maka pemenangnya adalah...



...jangan ke mana-mana, tetap baca terus akbaryoga(dot)com. Wqwq.

Oke, kelamaan basa-basi nih. Jadi, pemenangnya:

1. Mommy Gadget

2. Hawadis

3. Faranggi

4. Robby

Pemenang bonus: Adibah, hadiah berupa buku Unforgettable Baper Moments (karya antologi Haris Firmansyah, dkk) yang kondisinya masih sangat bagus karena baru dua kali gue baca sampai tamat.

Selamat kepada para pemenang!

Buat yang merasa menang, tolong kirim email ke ketikyoga@gmail.com (atau dm Twitter atau chat Line) berupa:

Nama lengkap, alamat rumah lengkap, dan nomor telepon. Nah, tapi kalau yang domisilinya di luar Jakarta atau pulau Jawa, kalian kirimnya nomor rekeningjenis bank, dan atas nama pemilik rekening, ya!

Bagi yang belum menang, itu mungkin belum rezeki. Dan bukan berarti tulisan kalian nggak bagus. Nggak begitu. Karena tentu saja tulisan itu merupakan selera. Kalau menurut A, "Ah, biasa aja!", bisa aja kan menurut B, "Bagus nih!" Betul begitu?

Tulisan kalian tentang ibu itu semuanya menarik, kok. Gue suka banget bacain kisah kalian.

Ya udah, menangin semua dong, Yog!

Maaf, gak bisa gitu. Kan udah sesuai ketentuan, pemenangnya cuma ada empat. Dan ya, pemenang bonus itu karena kebetulan rak gue mulai penuh terus bingung mau nyimpen satu buku itu di mana. Jadi, secara dadakan gue buatlah pemenang bonus.

Jujur, gue sebenarnya pengin juga kasih semuanya hadiah buat yang udah meluangkan waktunya buat ikut GA ini. Sayangnya, gue tetap gak bisa memberikan hadiah kepada semuanya. Gue masih karyawan freelance (dibaca: kerja serabutan) yang penghasilannya gitu deh. Nanti deh, ya, kalau udah kerja tetap dan penghasilan gue mulai receh yang berbentuk dolar. Wqwq.

Intinya, makasih banget buat kalian semua yang udah mau ikutan dan memeriahkan give away 4 tahunan blog gue. Semoga nggak kapok buat ikutan kalau gue ngadain lagi di kemudian hari. Ehehe. Sukses buat kita semua. Aamiin.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment