Tidak Menarik

Aku lagi mengawasi seorang laki-laki dari balik pintu kamarnya (atau bisa dibilang mengintip). Tidak jelas apa yang sebenarnya ia lakukan dari tadi. Yang kuperhatikan ia cuma duduk di depan laptop. Entah ia sedang menulis sambil mendengarkan lagu—karena sebuah earphone terpasang di kedua telinganya—,atau sedang menonton film.

Mencoba mengira-ngira apa yang sedang dikerjakannya rasanya seru juga. Tapi sayang, aku tidak bisa mendengar suara apa-apa dari laptop itu. Satu-satunya suara yang terdengar di kamar ini ialah kipas angin yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempatku mengintip. Kipas angin itu membuat matanya merem-melek menahan kantuk. Ia membenamkan wajahnya di telapak tangan seraya mengusapnya ke atas dan ke bawah.

Ia mendengus kesal. Kemudian ia jambak-jambak rambutnya sendiri. Mungkin pikirannya sedang kacau. Ia mencopot earphone itu dari telinga maupun laptop, lalu melemparkannya ke kasur. Tak lama setelah itu, ia juga merebahkan dirinya ke kasur. Tampaknya ia sedang frustrasi.
Kini, laptopnya dibiarkan menyala dan memutar musik secara acak. Aku tidak begitu mengerti itu lagu apa, namun aku lumayan menikmatinya.

Masih dalam posisi tiduran, laki-laki itu mengambil salah satu novel tebal bersampul warna abu-abu dari rak yang terletak di samping tempat tidurnya. Ia mulai membaca novel itu sambil tengkurap. Belum ada 5 menit, ia tutup novel itu dan kembali menaruhnya. Aku tertawa pelan melihat kelakuannya.

Cukup lama ia tidur-tiduran tanpa memejamkan mata. Sampai akhirnya, ia kembali duduk di depan laptopnya. Sepertinya ia sedang memikirkan ide untuk tulisan atau sesuatu hal karena tangan kirinya menopang dagu. Namun, setelah aku menunggu cukup lama, ternyata ia tidak menuliskan apa pun. Ia malah mematikan lagu itu dan langsung menyenderkan tubuhnya ke tembok di belakangnya.

Sebenarnya, aku mulai bosan mengawasinya. Apalagi ketika ia melihat ke arah pintu, di mana aku bersembunyi di belakangnya. Aku bisa melihat dengan jelas kedua matanya yang agak sipit itu. Tatapan matanya tidak memperlihatkan adanya gairah. Tapi, lama-kelamaan pupilnya mulai membesar. Ia sedang fokus mengamati sesuatu. Ck. Ck. Apa mungkin ia menyadari keberadaanku?

Aku pun segera pergi dari balik pintu ini sebelum ketahuan. Lagian, tidak ada yang menarik di kamar ini.

***

PS: Tulisan ini dibuat sekitar semingguan yang lalu. Di mana gue sedang stres dan hanya mengurung diri di kamar. Waktu itu, gue memang sedang bingung mau menulis apa. Semua tulisan cuma jadi draf dan nggak ada yang selesai satu pun. Tulisan ini termasuk salah satunya. Di saat gue mengamati seekor hewan, lalu gue mencoba memutarbalikkan keadaan itu. Jadi, aku adalah seekor cicak. Dan laki-laki itu adalah diri gue sendiri.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment