Indonesia Perlu Beradaptasi Dengan Perubahan

Image : pixabay.com

Beberapa hari kemarin, terjadi sebuah konflik antara transportasi online dan konvensional. Dan itu jelas mengundang berbagai pandangan dan juga komentar dari publik. Demo yang awalnya bertujuan untuk menyampaikan aspirasi, malah berubah menjadi anarki. Sudah pasti ada peran utama dalam aksi ini, yang di sebut sebagai provokator.

Menanggapi hal itu, saya tertarik untuk membahas apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebaiknya di lakukan? Saya tidak berbicara mengenai online dan offline. Tapi saya ingin berbicara mengenai Indonesia perlu beradaptasi dengan perubahan. Apa yang membuat saya ingin membahas hal ini? Karena saya masih melihat bahwa rakyat Indonesia masih canggung dalam menerima perubahan jaman.

Kita hidup di dalam dimensi yang menyediakan ruang dan waktu. Waktu itulah yang akan membawa kita ke sebuah ruang lawas, namun tampak seperti baru. Jika kita tidak merasakan atau tidak mengikuti perubahan itu dari awal, jelas kita akan kaget dan terheran-heran. Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa tempat yang saya tempati berubah? Dan pertanyaan-pertanyaan itu timbul karena pikiran kita yang masih kurang peka terhadap suasana baru, juga hati kita yang masih belum terbiasa merasakan adanya perubahan.

Setiap terjadi perubahan, pasti selalu ada dampak positif dan negatif. Keduanya terjadi bukan untuk memperdebatkan perbedaan pendapat ataupun menimbulkan demo yang berujung anarki. Tapi, itu semua untuk di jadikan intropeksi diri kita masing-masing! Apakah kita harus mengikuti perubahan? Atau tetap pada yang lama namun sedikit di perbaharui? Kita hidup di negara demokrasi. Dimana semua permasalahan bisa di musyawarahkan. Jika hasil musyawarah tidak memuaskan, berpikirlah untuk mengikuti perubahan, atau membuat perubahan sendiri?

Bicara mengenai online dan konvensional. Bukan hanya transportasi darat saja, toko-toko elektronik pun sekarang sudah tersedia online. Malah ada toko yang tempatnya di aplikasi, sedangkan di kenyataannya tidak ada. Tidak perlu saya sebutkan tokonya. Dan mungkin sekarang semua sudah mengandalkan online, kecuali transportasi darat yang sebagian masih menolak adanya yang menganut sistem online.

Menyinggung kejadian yang di atas, ada baiknya jika mereka berkaca pada perusahaan-perusahaan lainnya yang tidak mempermasalahkan adanya bisnis online. Tapi mereka juga ikut berinovasi dan berinteraksi melalui online. Dan seharusnya pula, para pengendara transportasi konvensional juga mencontoh perusahaan-perusahaan itu. Kalau perusahaan mereka tidak menyediakan layanan online, ya mereka harus pinter-pinter sendiri lah! Misal ngasih PIN BB mereka ke para penumpangnya, supaya kalau butuh tinggal "ping!" saja. Atau mungkin dengan cara lainnya. Ya sekarang persaingan usaha makin ketat. Kalau kita tidak pandai dalam mengatur strategi marketing, ya siap-siap di gantikan dengan model baru.

Indonesia penuh dengan budaya. Dan seiringnya perkembangan jaman, budaya kita pun mendapat beberapa perubahan. Misalnya, tari jaipong yang dulunya backsound nya pakai alat-alat musik tradisional, sekarang sudah di padukan dengan musik modern. Dan juga beberapa budaya lainnya yang sudah di campur dengan budaya modern. Itu semua di buat agar tetap bisa eksis di setiap perkembangan jaman.

Image: pixabay.com

Di abad ke-21 ini, dimana teknologi sudah merajai kebutuhan manusia. Setiap hari tidak lepas dengan yang namanya gadget. Bukan orang dewasa saja, anak kecil pun sekarang mulai banyak yang kecanduan gadget. Itu juga salah satu bentuk perubahan. Mungkin kita sebagai orang kuno, agak miris melihat anak kecil sudah kecanduan teknologi. Namun di sisi lain, itu adalah akibat perubahan jaman. Dan semua tergantung orang tuanya bagaimana mendidiknya. Yang terpenting adalah, bagaimana kita menyikapi perubahan itu.

Sebenarnya, pengalaman bisa di jadikan cermin untuk kita dalam menghadapi perubahan jaman. Apa yang sudah di lalui, dan seperti apa sebab akibatnya, harusnya sudah cukup buat kita menyikapi dengan bijak perubahan tersebut. Namun sayangnya, keegoisan seseorang yang sudah nyaman dengan hal yang sudah di jalaninnya, membuatnya sulit menerima perubahan dalam hidupnya. Jika di telusuri lebih dalam, mereka hanya takut bersaing dengan jaman modern dan tidak mau berubah untuk lebih baik.

Mereka nyaman dengan kegiatan sehari-harinya. Dan mereka juga enjoy menjalaninya. Karena mereka tidak memperdulikan apa yang di butuhkan orang banyak, dan tidak mampu melihat kesempatan. Itulah yang membuat mereka tidak bisa menerima perubahan.

Para pebisnis online melihat adanya kekurang puasan yang di dapat para konsumen dalam melakukan transaksi jual beli. Hal itu di manfaatkan mereka untuk mempermudah transaksi kedua pelaku. Ya jelas, hal itu lebih mendapat dukungan bagi konsumen yang merasa lebih di istimewakan.  Lalu bagaimana nasib yang menerapkan sistem offline atau konvensional? Jawabannya sederhana. Yaitu, ikuti perubahan atau membuat perubahan sendiri.
SHARE

Anonymous

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment