Efek Kurang Tidur Sebulan

Sakit.

Ya, kata itulah yang menggambarkan keadaan gue saat ini. Yeah. Setelah sebulanan tidur nggak pernah teratur, berusaha selalu kuat, selalu merasa sehat dan baik-baik saja. Gue akhirnya tumbang juga.

Berawal dari perayaan tahun baru yang memaksa gue untuk begadang hingga pagi sekitar pukul 7. Sampai pertengahan Januari pun gue masih suka kurang tidur. Setiap harinya gue pasti hanya tidur 1-4 jam. Suram banget pola tidur gue.

Apalagi saat liputan di akhir Januari itu, gue dikasih deadline hanya sekitar 15 jam. Serius. Cuma lima belas jam. Nggak sampe sehari. Gokil!

Liputan di hari Jumat, Sabtu sebelum jam makan siang tulisannya kudu disetor. Padahal hari Sabtu gue ada kuliah. Mau tidak mau, gue kudu mengerjakannya sepulang liputan. Gue kudu kerja profesional. Jangan sampai mengecewakan klien. Dan oleh karena itu, gue baru ngelarin tulisannya sekitar habis Subuhan. Terus gue baru tidur pukul 6 pagi. Ehehe. Gue masuk kuliah padahal pukul 8.
Berarti waktu tidur gue cuma dua jam. DUA JAM DOANG? KACOS.

Gue awalnya masih merasa baik-baik saja. Karena di hari Minggu-nya, gue berhasil istirahat seharian penuh. Namun, sejak Rabu tanggal 3 Februari kemarin, gue mulai merasa ada yang aneh dengan tubuh gue. Terutama bagian kepala dan tenggorokan. Kepala gue jadi gampang pusing, dan tenggorokan gue mulai gatal.

Karena  sudah cukup sering mengalami ini, gue sadar kalo sedang sakit radang tenggorokan. Lalu ditambah batuk dan pilek. Penyakit yang biasanya sepaket. Banyakin minum air putih dan istirahat juga sembuh, batin gue.

Sampai di hari Jumat malam, sekitar habis magrib, badan gue mulai panas tinggi dan lemas tak berdaya (anjir lebay amat bahasa gue). Iya, gue terserang demam. Karena beberapa tetangga ada yang terkena DBD (Demam Berdarah Dingin Dengue), gue langsung panik. Melihat tubuh gue tidak ada bintik-bintik merah, gue pun bisa bernapas lega.

Parahnya, gue juga muntah-muntah. Perut gue rada nggak beres.

Dan ternyata gue hamil.

Eh, enggaklah. Enggak mungkin.

Gue iseng googling, ingin mencari tahu kalau sebenernya gue ini kena penyakit apa?

Dan ternyata... gue hamil.

Internet kampret! Informasinya nggak bener gini!

Mengingat gejalanya seperti orang yang masuk angin, gue menyimpulkan penyakit gue itu emang cukup banyak dan ditambah masuk angin. Oalah, ternyata gue cuma masuk angin.

(((CUMA))).

***

Sekitar pukul setengah 3 dini hari, gue terbangun dari tidur. Itu karena Bokap bangunin gue dan bilang, “Kamu kenapa? Ngigo-ngigo gitu? Panasnya tinggi banget, tuh, kamu mau dibawa ke dokter?”

Entahlah apa saja yang gue ucapkan ketika mengigau. Apa gue teriak-teriak? Sehingga Bokap terbangun dari tidur. Semoga saja itu bukan kalimat, “Maria Ozawa, nakalin aku dong! Nakalin aku! Aaahh. Kimochi.”

Gue pun menggeleng dan menjawab, “Nggak usah.”

Gue memang kurang akrab dengan dokter. Gue juga tidak suka dengan rumah sakit. Sepertinya rumah sakit tidak akan pernah besahabat dengan gue. Apalagi beberapa tahun lalu, gue kehilangan adik yang terakhir di rumah sakit.

Gue hanya meminta dikerokin. Padahal, aslinya gue lebih suka minum Tolak Angin daripada dikerokin. Ya, karena dikerokin itu sakit buat gue. Punya badan terlalu kurus itu emang nggak enak. Huft!

Karena demam yang tinggi, maka sering timbul suara-suara aneh di dalam kepala gue. Hm, apa kalau demam bisa separah ini, ya?

Sudah beberapa hari hingga sekarang, aktivitas gue jadi lebih banyak istirahatnya. Mau meluangkan waktu untuk update blog aja rasanya lemes. Laptop sampai tidak tersentuh sama sekali. Mau blogwalking juga belum sempet. Ada, sih, beberapa blog yang gue kunjungi dari hape. Namun, memang gue dasarnya lebih suka blogwalking via PC. Jadi, rada males.  Mohon maaf yaa.

Mana hari Senin ini, Imlek tadi, gue kudu ke kampus untuk kuliah. Lebih tepatnya UTS karena ada jam pengganti. Ya, Tuhan....

Waktu yang seharusnya untuk memulihkan diri, malah kudu pergi jauh-jauh. Tapi ya udahlah. Namanya juga mahasiswa. Nikmatin aja. Sakit juga nggak perlu manja. Gue ngerjain UTS juga lumayan lancar. Palingan setelah itu cuma mabok angka.

Malangnya, di perjalanan pulang kuliah, langit tiba-tiba menangis. Ya, Imlek memang biasanya hujan. Gue pun nekat mengendarai motor tanpa meneduh karena kebetulan sudah dekat rumah. Begitu sampai rumah sekitar pukul 5 sore, demam yang tadinya sudah mereda, kini tinggi kembali. Gue segera merebahkan diri di kasur dan langsung ketiduran sampai pukul 10 malam. Begitu terbangun dari tidur, gue berusaha memaksakan diri untuk menuliskan cerita ini.


***

Boleh bantu doain gue cepet sembuh, Gaes? Biar bisa main-main ke blog kalian dan rajin nulis lagi. Huwahaha. Aamiin (gapapa gue amini sendiri).

Sebenernya gue kalo sakit nggak butuh banget obat, gue cukup istirahat aja dan dipeluk kamu (cewek). Disuapin bubur dan dicium keningnya juga boleh. Eaaak. Astagfirullah. Dosa itu woy! Lagi sakit juga. Emaap cuma buat jokes, kok.

Ngomong-ngomong, sebelum menutup tulisan ini, gue ingin menyimpulkan tentang sakit. Menurut gue, sakit itu bukanlah penderitaan. Justru sakit itu banyak hikmahnya. Saat sedang sakit, pasti banyak manusia yang mendadak ingat kesalahan dan dosa-dosanya. Ya, sakit membawa kita kepada muhasabah. Dan lucunya, setiap sakit pasti banyak yang bertaubat. Meskipun setelah sehat nanti banyak yang lupa dan berbuat maksiat lagi.

Karena sakit, gue mulai jarang tidur larut malam. Pukul 8 sampai 10 malam saja, gue sudah bermimpi dan tidur nyenyak. Bahagia sekali rasanya. Jarang-jarang gue bisa menikmati momen ini. Selama sehat, gue sering banget menunda-nunda hal-hal yang berguna ataupun bermanfaat. Justru banyak hal nggak penting yang gue kerjakan, stalking Instagram gebetan misalnya.

Saat sakit, gue jadi banyak bersyukur. Gue sadar, selama ini kurang peduli dengan kesehatan diri sendiri. Selama ini, gue tidak memikirkan betapa pentingnya sebuah kesehatan. Padahal kalau sakit, apa-apa menjadi repot.

Semoga saja sejak sakit ini, gue mulai menghilangkan kebiasaan begadang. Dan semoga saja gue bisa jadi penulis yang sehat. Yang tidak melulu menuliskan ceritanya di tengah malam (maklum, gue termasuk orang yang kebiasaan nulis atau baru merasa kreatif pas tengah malam).

Oiya, sakit katanya juga untuk meleburkan dosa-dosa kita. Gue jadi teringat sama sebuah hadist yang berbunyi: “Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”

Allah pun memerintahkan:

Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya.
Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.
Malaikat keempat untuk mengambil dosa-dosanya, maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.

Setelah sembuh, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2, dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba. Namun, untuk malaikat keempat, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya. Jadi, ketika sakit dosa-dosa kita banyak yang terhapus.

Allahu Akbar!

Dikutip dari artikel ini:  “Empat Malaikat yang Mendatangi Orang Sakit” yang kemudian gue ringkas.

Oke, akhir tulisan ini mendadak berubah islami dan bijak sekali. Kayaknya karena demam yang terlalu tinggi deh. Udah ah, gitu aja. Gue mau tidur lagi.

Terima kasih.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment