Widy dan Cerita Bersambung

Ada yang tahu Widy?


Kalau pertama kali baca judul yang terlintas di pikiran, atau kalian menebak tulisan ini tentang Widy mantan vokalis Vierra....

Itu salah!

Karena memang bukan.

Jika kalian juga berpikir kalau Widy itu salah satu dari anggota Cagur....

Nah, ini lebih salah. Emang ada ya Widy Cagur?
Wendy woy!

Oke, daripada bermain teka-teki begini, lebih baik gue akan memberi tahu atau bercerita ke kalian.


***

Semua berawal dari mensyen-mensyen-an di Twitter yang kurang jelas. Entah itu bahas sesuatu yang penting, ataupun sekadar ngobrol-ngobrol nggak penting. Lalu, gue mengusulkan ke beberapa temen-temen untuk membuat sebuah multiple chat. Selain bisa membahas yang lebih privasi, tentunya juga tidak spam di timeline.

Gue pun mengundang tiga orang teman ke multiple chat, sama gue totalnya jadi empat orang.

Namun, ketika multiple chat ini sudah berjalan beberapa jam dan obrolan juga makin seru. Gue tiba-tiba menggantinya menjadi sebuah grup chat dengan nama “Widy”.

“Widy apaan tuh, Yog?” tanya salah satu dari mereka.

Dua yang lainnya pun ikutan penasaran. Gue tidak langsung menjawab, seolah-olah bermain tebak-tebakan.

Kampretnya, mereka jawab salah semua. Atau lebih tepatnya males jawab. Di antara mereka bertiga, nggak ada satu pun yang sadar akan nama grup ini gue pilih karena apa.
Oleh karena itu, alasan gue memberi nama “Widy” di grup chat karena inisial kami berempat, yaitu: Wulan, Icha, Darma, dan Yoga.


Jadi, inisial nama panggilan kami itu gue satukan. Iya, hanya seperti itu.

Huft, gue emang nggak kreatif kalo bikin nama. Sorry, gaes.

Semoga aja nanti kalau gue nikah (misalnya nama istri gue Rani), gue tidak memberikan nama anak dengan cara menggabungkan nama gue dengan nama istri. Misalnya anak gue cowok, lalu namanya akan dinamakan; "Gani", "Gara" (biar kayak tokoh di pilem Naruto), atau "Yoga Junior".


Oke, yang terakhir emang nggak nyambung. Bodo amat dah!

Ini kenapa tiba-tiba jadi ngomongin anak deh, Yog? Udah mau nikah? Udah ngebet?
Kuliah dulu kelarin. Cari kerja dulu yang bener. Baru deh!

Emaap.

Kembali ke Widy.

Lalu, di dalam grup chat itu kami mulai banyak membahas beberapa hal. Paling sering, sih, jadi ajang curhat-curhatan. Baik itu curhatan tentang kerjaan, blog, ataupun percintaan.

Setelah beberapa hari grup ini dibuat, kami mulai bingung apa tujuan dari grup chat ini. Karena sejujurnya... memang nggak ada manfaatnya sama sekali.

Kemudian, Darma pun left grup (katanya mau fokus ngerjain skripsi). Dia bilang kalau grup rame cuma karena hal yang nggak penting, itu hanya membuat konsentrasinya buyar. Padahal mah dia aja yang kurang fokus ya, kan? (peace, Dar!)

Setelah itu, belum ada sehari dia keluar dari grup, eh dia minta dimasukin lagi.

Labil banget.
Kami pun tetap menikmati obrolan-obrolan random ini. Dan masih berharap semoga cepat ketemu manfaat dari grup ini.

***

Suatu hari di pagi yang dingin, entah kenapa kepala gue juga sedang dingin-dinginnya untuk berpikir positif. Gue ceritanya hari itu lagi bener banget jadi seorang manusia. Iya, tumben sekali otak gue waras. Jadi, waktu itu grup mendadak membahas soal percintaan. Kami sepakat akan hubungan pacaran itu banyak negatifnya dibanding positifnya (plis kalian jangan mikir ke positif hamil).

Gue mulai bersabda mengenai jomlo. Gue berpendapat kalau jomlo itu lebih asyik. Di antaranya: mengurangi maksiat, produktif berkarya, dan cenderung lebih dekat ke Sang Pencipta.

Wulan, Icha, dan Darma sampai kaget akan kalimat-kalimat gue. Mereka bertiga pun kemudian juga ketularan bener semua (mungkin mereka bertiga udah bener, tapi kali itu jadi tambah bener).

Dari yang awalnya bahas percintaan, mulai merembet ke karier dan masa depan. Darma jadi termotivasi. Dia bilang jadi semangat ngerjain skripsi dan pengin cepet kerja supaya nanti bisa segera cari jodoh dan menikah. Terus yang cewek-cewek—Wulan dan Icha—juga bilang kalau mereka ingin menjadi wanita yang mandiri. Sekarang ini sedang mencoba memantaskan diri untuk calon suaminya kelak. Dan katanya juga rela bekerja demi keluarga.

Masya Allah. Grup Widy ini pun pada waktunya menjadi bermanfaat.

Obrolan kami di hari itu bener-bener berfaedah. Thanks banget ya teman-teman blogger terbaikku. Halah.

***

Setelah itu kami sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Namun, di siang harinya, gue malah share gambar lucu-lucuan yang agak menjurus ke porno. Grup pun menjadi rame lagi. Ya meskipun kami membahas yang sedikit ngaco.
Tanggapan mereka, “Tadi pagi baru bener kayaknya, siang ini kita malah mesum. Ya Allah Yoga kompor!”

Astagfirullah. Kok gue yang disalahin?

Oke, lupakan.

Karena kami berusaha membuat grup ini tetap memiliki faedah, selain ngobrol-ngobrol yang nggak penting, kami pun mencari ide akan grup tersebut.  Dan gue pun tiba-tiba mengusulkan untuk bikin cerpen, tapi dengan syarat setiap beberapa kalimat kami berganti-gantian.

Mereka bertiga sangat antusias sekali dalam merespons ide gue. Bisa dibilang ini untuk latihan dan belajar menulis kami. Karena menurut gue ini seru banget. Tiap kepala pasti punya pemikiran yang berbeda-beda. Alhasil, ceritanya pun bakalan jadi random abis.

Btw, cerpen grup Widy ini sudah jadi beberapa paragraf. Namun, belum diedit sama sekali penulisannya.

Nah, ceritanya cerpen ini akan di-publish oleh masing-masing di antara kami secara ganti-gantian. Tiap 500-700 kata akan bersambung. Misalkan, cerita pertama dimulai dari blog Wulan. Setelah itu ceritanya akan bersambung ke blog Icha. Nanti ke blog Darma. Dan terakhir ke blog gue. Intinya, kami membuat cerita bersambung gitu.
Karena masing-masing di antara kami masih banyak kesibukan, mungkin cerpen ini akan berjalan satu sampai dua minggu lagi. Lebih tepatnya baru berjalan Januari 2016.

PS: Katanya mereka bertiga juga bakal cerita mengenai Widy menurut sudut pandang mereka masing-masing. Hehehe.
Jadi, tetep pantengin blog kami berempat ya, Gaes.

Gue pun iseng bikin desain logo grup ini:

Widy. Maaf jelek ya karya gue.


Terima kasih.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment