Pada tanggal 5 April 2015, tepatnya hari Minggu, gue dan temen-temen bloggerjanjian untuk kopdar di TIM. TIM bukanlah kepanjangan dari Tempat Istirahat Musafir, tetapi Taman Ismail Marzuki.
Beginilah ceritanya.
Dimulai dari percakapan dan perdebatan di grup Whatsapp Jabodetabek. Beberapa hari sebelum hari H, Aziz—salah satu anggota Jamban Blogger Jabodetabek—membuat undangan berbentuk gambar. Di gambar itu, ada beberapa keterangan; materi yang akan dibahas tentang HTML, jam 13.00 waktu kumpul, dan contact person yang dapat dihubungi.
Seperti biasanya, manusia selalu mempermasalahkan waktu. Karena menurut gue, jam 13.00 itu terlalu siang. Beberapa orang pasti kurang setuju dengan cuaca panas dan pastinya males untuk berangkat.
Namun, sebagai cowok gue nggak ingin terlihat lemah, makanya gue nggak mau protes apa-apa. Setelah dipikir-pikir, jam segitu emang lagi panas-panasnya. Gue pun bingung gimana cara ngomongnya. Bagusnya, ada Reza—anggota JB sekaligus pengisi materi—yang protes terlebih dahulu. “Itu serius jam 1 kumpulnya? Panas, ah.” Melihat kata-katanya yang terlalu manja, gue langsung sok keren dengan bilang, “LEMAAHHH!”
Dia pun merespons dengan emot, “-_____-“
Setelah itu, gue berusaha protes dengan cara yang lebih keren. “Jangan jam 1 kumpulnya, jam segitu matahari lagi kurang bagus.”
Beberapa anggota yang lain, termasuk Reza, langsung kesel sama kalimat gue itu. “ITU MAH SAMA AJA!”
Gue hanya nyengir dan mengetik “Hehe” tanpa rasa bersalah. Oke, gue memang keren.
Karena beberapa pertimbangan dan takut pulang terlalu malam, jadwal diubah menjadi pukul 10.00. Gue pun loncat-loncat kegirangan dan berteriak, "AKHIRNYAAAAAHHHHH."
***
Pada Minggu pagi sekitar jam 08.00, hape gue begitu berisik karena notifikasi Whatsapp anak JB. Gue abaikan saja. Karena masih mengantuk, gue ngulet-ngulet di kasur sambil SMS-an sama pacar. Beberapa kali berbalas pesan, gue pun ketiduran.
Singkat cerita gue sudah terbangun dari mimpi, gue langsung melihat jam yang menunjukkan pukul 09.50.
Anjir. Gue telat.
Gue langsung SMS si Pacar, “Maaf, ketiduran. :D”
Dia hanya membalas dengan datar, “Udah nggak kaget lagi sama kebiasaan kamu.” Oke, gue memang terbiasa ketiduran kalo lagi SMS-an sambil leyeh-leyeh di kasur. Kebiasaan yang nggak pantes ditiru. Tetapi itu masih mending, daripada kebiasaan meniduri gadis-gadis lugu. Astaghfirullah.
Setelah mandi dan sarapan, gue langsung berangkat menuju TIM dengan mengendarai motor. Nggak terasa sudah sekitar 30 menit gue berkendara. Karena lupa-lupa ingat sama lokasinya, gue memilih untuk bertanya kepada bapak-bapak di pinggiran jalan.
Setelah bertanya, ternyata. Gue. Kelewatan. Taik. Banget. Harus. Puter. Balik.
Maklum, terakhir kali gue ke Taman Ismail Marzuki itu pas SD. Nggg... kira-kira sudah 10 tahun yang lalu. Berhubung ini jalan satu arah, mau tidak mau gue harus muter-muter lagi untuk kembali ke lokasi itu. Sekitar 10 menit kemudian gue sudah sampai di lokasi. Gue langsung masuk dan parkir. Setelah itu membuka aplikasi Whatsapp dan memberi kabar, “Maaf, gue ketiduran.”
Gue sengaja berbohong kepada mereka supaya nanti terlihat keren.
“Sudah gue duga,” balas Tiwi.
“Waparah! Gue udah sampe dari tadi ini,” balas Dika.
Imas, Yolan, Deya, dan yang lain bilang sudah di kereta.
Gue langsung muter-muter di area TIM, tetapi tidak melihat satu pun salah satu dari mereka. Tidak ingin terlihat seperti anak hilang, gue bertanya kepada Dika di grup WA, “Lu udah sampe, Dik? Di mananya?”
Tidak ada respons apa-apa.
“Dik, lu beneran udah sampe?”
Baru setelah itu dia membalas, “Udah, Yog, gue di jalur 1.”
Jalur 1 itu di mana? Batin gue. Gue hanya ingat di TIM itu terdapat Planetarium. Gue bertanya kepada dua bapak-bapak yang sedang duduk di dekat pintu masuk. “Permisi, Pak, mau nanya, jalur 1 itu di mana, ya?”
Salah satu dari mereka hanya menggelengkan kepala, yang satu lagi menjawab, “Kayaknya nggak ada jalur 1 di sini.”
“Oh, ya udah. Makasih, Pak.” Gue tersenyum dan melangkah pergi. Nggak mau muter-muter sendirian, gue bertanya lagi kepada Dika, “Dik, jalur 1 mananya lu?”
“Pokoknya gue lagi duduk berdua sama temen gue.”
Kampret. Gue baru sadar, kalo jalur 1 itu di stasiun. Ya, Tuhan. Goblok sekali memang gue.
“PANTESAN! Gue muter-muter di TIM ini.”
Beberapa anak yang lain kaget akan kalimat gue itu.
“Lah, katanya baru bangun? Gue lagi otw ini.”
“Hahahahaha, gue habis futsal nanti aja nyusul habis Zuhur.”
“Cepet amat lu, Yog? Pasti nggak mandi, ya?”
TAE.
Gue pikir, gue yang bangun agak telat dan dateng ngaret. Ternyata gue yang paling pertama datang. KAMPRET MEMANG KALIAAANNNNN. ARGHHHHH!
Ya udah, emang nasib gue begini. Melihat jam sebentar lagi menunjukkan pukul 12, gue menuju ke mushola atau masjid di area TIM.
Gue bercerita ke pacar tentang kejadian itu, dia malah ketawa-ketawa. Pfffttt. Jahat sekali kau Dinda!
Selang beberapa menit, muncul seorang laki-laki dengan ciri; berambut poni, tinggi sekitar 160-an, memakai kaos warna ungu agak pink atau pink agak ungu. Jika melihatnya segera hubungi ke 911. Lu kira anak hilang, Yog? Eh, maaf.
Dia bilang, “Iya, ada nih, Wi.” Kemudian sosok Tiwi muncul. Gue baru sadar, kalo cowok itu adalah Reza. Ya, maklumlah, belum pernah ketemu secara langsung jadi nggak begitu engeh.
Selesai salat Zuhur, kami bertiga menunggu kedatangan yang lain sambil mengobrol-ngobrol. Tidak berapa lama terlihat 2 orang pria dan 2 orang wanita datang menghampiri kami. Tidak lain tidak bukan mereka adalah Dika, Bayu—temennya Dika, Yolan, dan Deya. Yolan membawa dua kotak donat seperti biasanya.
Oiya, ini foto donat-donatnya.
Kalo diperhatikan, ada yang nggak beres sama donat itu. Gue pengin protes rasanya sama donat itu. Kenapa nama gue di donat yang pink? #YogaPinkyBoy
Mengingat itu donat gratisan, gue mah bisa apa? Tinggal makan doang. Hehehe. Hehe. He.
***
Kak Yusuf yang biasa dipanggil Ucup tau-tau datang sendirian. Kami berdelapan sudah berkumpul di area belakang Taman Ismail Marzuki. Sambil menunggu yang lain, kami mengobrol-ngobrol seputar kabar, blog, dan lain-lain.
Tampak dari kejauhan, datanglah seorang wanita berhijab yang tidak asing lagi. Yap, karena gue pernah kopdar sebelumnya di cerita yang INI. Dia adalah Kak Febi Yolanda. Oiya, For Your Information, kalo Yolan sama Kak Febi yang baru dateng ini beda. Kalo Yolan itu nama panjangnya Yolanda Chintya. Oke, sip.
Setelah itu, datanglah beberapa rombongan. Ada Azis, Imas, Bang Rizky ( biasa dipanggil Bang Kay ), Karin, Kak Vira. Agak beberapa lama, datang juga Nurri, disusul oleh Arie. Kemudian ada Izmi yang mengajak adiknya.
Setelah berkumpul semua, kami mulai mengobrol-ngobrol lagi. Kalo dihitung-hitung, semuanya hampir 20 orang. Wah, ternyata rame juga. Nggak nyangka anak-anak JB Jabodetabek pada rela meluangkan waktu liburnya untuk berkumpul. Melihat jam tangan yang menunjukkan jam 1 lewat beberapa menit. Ingin gue mengganti kalimat barusan menjadi “Wah, ternyata kampret juga. Janjian jam 10 tapi baru pada kumpul jam 1.”
Sekitar jam 2, barulah pembahasan materi tentang HTML. Reza mulai membuka materi. Ia menjelaskan tentang apa itu HTML, CSS, kode-kode, dan struktur templatedi dalam blog. Gue mulai bingung sama pembahasannya. Melihat keadaan yang lain, mereka juga terlihat kebingungan. Jujur aja, gue nggak ngerti apa-apa tentang HTML. Gue hanya paham sama dua huruf terakhir dari empat huruf itu. Nggak usah diperjelas, ya. Hahaha.
Melihat yang lain gelisah, Bang Kay dan Arie usul kalau pembahasannya lebih baik dengan sesi tanya jawab. Apa yang mereka tidak mengerti tanyakan kepada Reza, dan Reza akan menjawabnya.
Ada yang bertanya tentang menambahkan widget ini dan itu. Reza menjawab tergantung template, karena ada yang biasanya dari template bawaan.
Gue pun iseng bertanya, "Gimana caranya nambahin pembaca? Sehari 1.000 viewers gitu." Kemudian hening.
Pertanyaan gue di-skip dan lanjut ke pertanyaan-pertanyaan yang lain.
Berhubung yang membawa laptop hanya sedikit, materi ini pun terasa kurang bagi gue. Sarana yang kurang mendukung membuat pembahasan materi menjadi tidak efektif. Pembahasan materi pun break sebentar karena ada beberapa anggota yang belum mengenal satu sama lain.
Kami satu-satu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, alamat blog, akun Twitter, dan akun-akun yang lain.
Saat gue selesai memperkenalkan diri, ada beberapa orang yang berkomentar, “Oh, ini yang namanya Yoga?”
Gue hanya tersenyum.
Dalam hati ingin bilang, Iya, gue Yoga. Jelek, kan? Avatar gue di Twitter, dan beberapa foto di Instagram itu memang menipu. Halah.
Sumpah, ini kopdar kebanyakan ngobrol-ngobrolnya daripada pembahasan materi. Cuma gue nggak begitu mempermasalahkannya. Karena buat gue yang penting seru-seruan dan bisa kumpul bareng.
***
Gue melihat jam tangan, sudah pukul setengah 4. Dika, Bayu, Izmi dan adiknya bilang ingin pulang. Gue pun demikian, karena sudah ada janji sama temen gue. Materi tentang HTML juga berakhir dan lanjut ngobrol-ngobrol nggak penting lagi.
Di saat kami ingin pulang, Kak Dzalika yang akrab disapa Uni datang menyusul. Gue dan yang lain menunda untuk pulang karena tidak enak. Kami langsung foto-foto biar kekinian.
Berdiri paling belakang : Bayu, Arie, dan Kak Ucup Berdiri : Bang Kay, Uni, Kak Vira, Yolan, Tiwi, Imas, Deya, Nurri, Karin, Kak Feby, Izmi Jongkok : Reza, gue, Aziz, Dika |
Setelah foto-foto, kami yang tadi ingin pulang pun segera pamit pulang. Uni terlihat bersedih atas beberapa orang yang pamit undur diri. Dika, Bayu, dan Izmi memberikan berbagai alasan. Dengan beberapa alasan yang cukup masuk akal, Uni langsung menyetujuinya. Tapi tidak dengan gue. Gue ditahan supaya nggak pulang. INI NGGAK ADIL WOI!
Uni bilang, “Waktu Yoga nyusul, Uni sama yang lain rela nungguin dan menunda untuk pulang, loh. Kita jadinya pada pulang malem waktu itu. Inget, kan?”
Skakmat. Gue nggak bisa ngomong apa-apa lagi.
Beberapa yang lain mulai sibuk sendiri-sendiri; ada yang selfie, ada yang salat Asar, ada yang curhat galau karena sebentar lagi UN. Gue termasuk orang yang sibuk dengan salat Asar. Subhanallah si Yoga. Maaf, ini pencitraan.
Setelah berkumpul lagi di tempat tadi, kami pun foto-foto lagi.
Cewek : Kak Vira, Karin, Imas, Deya, Tiwi, Kak Feby, Nurri, dan Uni. Cowok : Aziz, Reza, Arie, Kak Ucup, Yoga, Bang Kay Yang motoin si Yolan. |
Lalu Uni bilang ke yang lainnya, “Oiya, kalo emang ada yang mau pulang, pulang aja.”
“Tuh, Yog, katanya tadi mau pulang?” kata Reza.
“Nggak jadi pulang, Yog?” tanya Imas.
“Nanti temennya marah aja,” ledek Tiwi.
Gue yang mendengar kalimat itu hanya diam saja, dan akhirnya menjawab, “Nggak apa-apa, nggak terlalu penting, kok. Lagian dia juga udah bilang ‘Gapapa.’ tadi di BBM.”
“Gapapa itu sebenernya kenapa-kenapa tau.”
Duh. Ribet, kan.
“Udah gapapa Yoga kalo mau pulang. Jadi pulang nggak?” tanya Uni.
Mendengar kata “Gapapa” lagi, gue hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Sebenernya di posisi ini agak nggak enak. Mungkin serba salah. Tapi gue memilih nggak jadi pulang. Bukan karena nggak enak sama Uni, gue memilih nggak jadi pulang karena kapan lagi gue bisa kumpul dan seru-seruan bareng anak-anak blogger. Acara yang biasanya sebulan sekali, atau bahkan dua bulan sekali ini harus gue nikmati sampai selesai.
Di sini gue nggak ingkar janji.
Lagian, gue punya prinsip, kok. Gue janji duluan sama siapa, itu yang gue tepati, kecuali urusan keluarga dan urusan yang mendesak harus diutamakan. Gue janji sama temen gue setelah acara kumpul-kumpul blogger ini selesai. Gue pikir acaranya bakal selesai sore, tetapi lanjut sampai malam. Jadi begitulah.
Oke, lupakan soal gue nggak jadi pulang.
Lanjut ke kopdar aja.
Karena yang lain mengeluh lapar dan bosen di TIM doang, kami memilih pindah ke Kaepci daerah Cikini. Namun, Nurri memilih pulang karena dia cewek dan nggak berani pulang malem-malem. Halah. Sotoy amat gue. Gue nggak tau alasan dia pulang itu kenapa. Biarkanlah rahasia ini menjadi misteri.
***
Saat mengendarai motor, gue merogoh kantung jaket untuk mengambil kertas bon belanjaan minimarket yang ingin gue buang.
Sesampainya di sana, kami langsung mencari tempat terlebih dahulu sebelum memesan makanan dan minuman. Ketika di meja kasir, gue bermaksud mengambil uang yang ada di kantung jaket. Kampretnya, di kantong jaket hanya terdapat bon belanjaan itu, uang gue malah nggak ada. Gue baru sadar kalo yang tadi gue buang adalah duit. Oke, gue memang bodoh. Duit dibuang-buang, dasar pengangguran sok tajir!
Bagusnya cuma 10 rebu. Eh, tapi itu buat isi bensin lumayan, kan. Kalo keuangan lagi krisis begini duit seribu aja itu berharga banget. Duh. Bodoh memang, Yoga sangat bodoh.
Gue pun menceritakan hal itu ke Tiwi dan Reza yang duduk di dekat gue. Mereka berdua hanya tertawa ngakak.
Daripada sedih mendingan gue ikutan ketawa. HAHAHAHA.
Kami langsung melahap makanan yang tadi kami pesan. Setelah makan, tentunya foto-foto lagi.
Niatnya, setelah foto-foto kami memutuskan untuk pulang. Namun, semesta tidak mengizinkan, hujan turun begitu derasnya. Sembari menunggu hujan, kami ngobrol-ngobrol lagi. Gue, Reza, Tiwi, Uni, dan Deya membahas tentang menulis dan seputar blog.
Gue nggak begitu mendengar apa saja yang dibicarakan oleh yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, boleh baca tulisan Imas : Kumpul keblog episode 11
Nggak terasa mengobrol bisa membuat waktu menjadi begitu cepat. Sekitar jam setengah 8 malam kita pun pulang ke rumah masing-masing. Tepat jam 8 gue sudah sampai rumah dengan selamat. Sesampainya di rumah, gue malah mencoba menulis beberapa paragraf tulisan ini. Biasanya kalo aktivitas seharian pasti capek dan langsung pengin tidur. Nggak tau kenapa, kali ini capeknya dikalahkan oleh keseruan kopdar barusan.
Terima kasih atas waktu kalian, Guys. Sampai berjumpa di kopdar-kopdar selanjutnya. Terima kasih juga sudah membaca cerita kopdar ini. Mohon maaf jika ceritanya nggak seru seperti aslinya. Maklum masih belajar bercerita. :(
Selamat malam.
0 comments:
Post a Comment