Belakangan ini, gue mulai merasa tulisan gue semakin buruk. Nggak tau kenapa, rasanya menulis nggak mengalir lagi seperti sebelumnya.
Waktu itu, gue menulis ibarat air hujan yang lagi deras; sampe banjir ke mana-mana. Mencari ide selalu gampang. Gue mengetik nggak perlu mikir lagi, semuanya terketik begitu saja untuk draft pertama.
Namun, beberapa hari yang lalu, gue mulai merasa tulisan gue seperti kurang. Seperti bukan Yoga yang menulis atau mengetik. Entah, siapa yang mengetik tulisan itu. Jangan-jangan tangannya Yoga. Hiiiii... serem.
Ibarat sumur di padang pasir: kekeringan. Yap, tulisan yang mengalir itu nggak terjadi lagi. Tulisan-tulisan yang biasanya pede untuk gue publikasikan, sekarang hanya tersimpan di draft begitu saja. Sumpah, saat ini, gue terlalu banyak jeda dalam menulis. Baru menulis tiga paragraf, gue bengong. Menulisnya hanya 5 menit, bengongnya bisa 50 menit.
PARAH!
Gue nggak tau harus menulis bagaimana. Karena gue jadi bingung mau menulis apa lagi. Sampai temen gue bilang, “Lu butuh suasana baru. Refreshing, gih!”
Hmm, jujur aja, gue nggak tau harus refreshing ke mana karena mengalami krisis moneter. Waktu itu, setiap jenuh, pasti ada aja tempat dan kegiatan yang bisa gue jadiin tulisan. Sekarang sedikit sulit. Tentang pengangguran dan mencari kerja udah sering. Tentang pacaran takut banyak jomlo yang ngamuk. Tentang kita itu mah lagunya Peterpan. Sumpah, sulit banget, kan.
Temen yang lain juga ada beberapa yang ngasih saran.
Waktu itu, tepatnya di kampus dan sedang mata kuliah Perpajakan, gue malah curhat sama Agus tentang kebingungan gue dalam menulis.
“Gus, nggak tau kenapa, akhir-akhir ini tulisan gue gitu-gitu aja, deh,” kata gue membuka obrolan.
Dia yang bete sama mata kuliah itu pun langsung merespons gue dengan antusias. “Hmm, kayaknya lu kurang bacaan, deh. Banyakin baca, Yog.” Belum sempat gue menjawab, Agus langsung melanjutkan, “Baca Alquran.”
TAAEEEEEEEE.
Gue langsung merasa berdosa. Astaghfirullah.
Harus gimana lagi gue menulis? Gue udah terlalu sering curhat di blog, sampe rasanya para pembaca juga udah enek sama curhatan ngenes dan menjijikan gue. Tapi, memang itu doang yang gue bisa tulis. Curhat ke dalam bentuk tulisan. Kalo curhat langsung, suatu saat orang bakalan lupa kalo gue pernah cerita atas kejadian atau masalah itu. Kalo dijadikan tulisan, nantinya gue bisa baca-baca lagi. Ya, mungkin saat ini cerita gue biasa aja. Tapi nanti 3-5 tahun lagi, sepertinya gue bakal ngakak dan geli sendiri baca-baca tulisan ini.
Sampai jadilah tulisan ini. Gue nggak tau, tulisan ini mau dikasih judul apa.
Kalian pernah kayak gini? Ini namanya apa, sih? Kalo lagi bingung mau nulis apa? Ngasih judul aja gue nggak tau. Untuk itu, kasih judul sendiri aja, yaaa.
Tulisan ini ditulis pada tanggal 25 Maret 2015.
Karena tulisan di draft itu terlalu sedikit. Maka gue lanjutin lagi.
Ganti topik.
Akhirnya, gue mencoba menulis fiksi. Pernah waktu itu menulis dongeng tentang Kancil dan Singa. Lalu, posting-an kemarin juga gue mencoba merangkai kata dengan membuat puisi tentang Jakarta. Gue awalnya berharap ada kritik dan saran atas puisi yang jelek itu. Eh, kampretnya ada temen blog gue: Renggo. Dia justru mengacau di puisi tersebut.
Inilah komentarnya :
Beberapa temen-temen yang lain langsung nggak fokus sama komentar dia. Puisi gue langsung dihiraukan, komentar dia yang diperhatikan. Ini blog siapa sebenernya? Sedih banget rasanya jadi gue. Udah nulis puisi mikir-mikir hampir setengah jam. Memilih diksi dan rima yang pas. Malah nggak ada yang kritik. MAMAAAAAAAA, di manakah engkau berada? Hatci rindu ingin bertemu. Halah. Auk, ah, sedih. :(((
Oke, gue ingin mengklarifikasi kalo ‘rimanya dapet’ yang dimaksud Haw itu adalah rima dalam puisi. Bukan Rima nama panggilan pacar gue. ARGHHHH! SETAAAANN!
BANGSYAAAATTTTT MEMANG KAU! TAIK!
Astaghfirullah. Gue kesel sendiri, kan.
Tapi, yaudalah. Itu aja yang pengin gue tulis hari ini. Pfffttt.
Terima kasih udah baca curhatan nggak jelas lagi. Ngomong-ngomong, kalian pernah juga nggak, sih, nulis puisi atau rangkaian kata, terus ada temen yang bikin kacau? Kalo ada, curhatin aja sekalian di kolom komentar. Ngerusuh di kolom komentar juga gapapa. TERSERAAAAHHHH!
Udah bingung gue mau merespons pembaca gesrek seperti kalian. Gapapa, makasih pokoknya udah nyempetin baca, nggak pernah bosen main ke sini, jadi pembaca setia. Kalian memang luar biasa.
Huwahaha. Sekali lagi, thanks!
0 comments:
Post a Comment