Udah lama banget gue nggak nulis puisi. Hmm, sesekali puisi, ah. Curhat mulu kayaknya bosen. Sebenernya ini juga curhatan, tetapi gue mencoba menulisnya ke bentuk puisi. Pantes atau enggak ini disebut puisi, ya? Namanya juga belajar nulis. Langsung aja, deh. Bodo amat soal jelek apa bagus.. :D
Kisah Jakarta sore hari
Langit tertawa sambil menangis
Air matanya turun ke bumi
Menggenangi jalan yang terkikis
Aku tersesak polutan ibu kota
Terkepung karbon monoksida
Melodi indah TransJakarta
Membuat telinga sedikit tersiksa
Semakin resah dan gelisah
Mencari celah demi celah
Aku mulai lelah
Tak ada yang mengalah
Mereka berebut posisi pertama
Yang cepat pasti juara
Dijadikan ajang pertaruhan jiwa yang liar
Kepedulian terhadap peraturan, lenyap di antara hingar-bingar
Keselamatan tak dihiraukan
Sebuah nyawa tak diacuhkan
Prioritasnya cepat sampai tujuan
Oh… Inikah tanda akhir zaman?
Aku mulai tak nyaman
Gimana? Jelek, kan? Kasih sarannya teman-teman. Terima kasih.
0 comments:
Post a Comment