Selamat dan Bermain Teka Teki

Beberapa hari yang lalu, teman blogger sekaligus guru gue dalam menulis. Bang Kresnoadi empunya blog keriba-keribo berulang tahun. Sebagai teman yang baik, gue minta tolong carikan jodoh. Yakaliiiiiii.

Gue mengucapkan selamat kepada dia. Di Twitter, di blog-nya, dan di tulisan ini.

Dia sedang mengadakan GA. Buat yang nggak tau apa itu GA. GA adalah Gue Alien. Oke, ngaco. GA adalah Give Away. Nah, kalian ikutan juga, gih.

Sebelumnya, kalian harus baca e-book Teka-Teki miliknya terlebih dahulu. Atau biar lengkap dan jelas, baca aja postingan-nya yang INI.


“Selamat ulang tahun, Bang. Terus berkarya dan makin keren! Pokoknya sukses.”
Udah, gitu aja selamatnya. Basa-basi dikitlah. Selamat juga atas 2 buah e-book yang berhasil dibuat.
Ya jujur saja, gue baru membaca e-book yang Teka-Teki. Yang pertama justru belum. Belum punya banyak rezeki untuk beli e-book-nya. Pengin sih, downloadgratis. Tapi, gue pengin aja menghargai karya dengan membelinya. Haha, sok amat ya gue. Tunggu aja, Bang. Nanti gue beli! Insya Allah, kalo udah gajian.
Yang mungkin akan ditanya dia, “Kapan gajiannya?”
“Nanti kalo udah dapet kerja,” jawab gue polos.

Oke, bercanda.

Setelah gue membaca Teka-Teki, gue kaget. Karena di dalam e-book ini. Sudut pandangnya adalah orang kedua. Jarang sekali penulis yang menggunakan sudut pandang ini. Jadi, sudut pandang orang kedua ialah si pembaca sebagai tokoh utamanya.

Sesuai judulnya, kita harus bermain teka-teki. Memilih pilihan-pilihan yang ada di dalam cerita. Yoi, pembaca disuruh menentukan pilihannya sendiri.

Tulisannya asik dibaca. Komedinya juga mantap. Alur ceritanya juga bagus. Kerenlah pokoknya. Hanya saja, ada beberapa typo. :p ( lain kali lebih teliti ya, Bang.)

Di cerita ini, Bang Adi sangat kejam. Dia menjadi psikopat karena dengan mudahnya membunuh tokoh utama ketika salah mengambil pilihan. Cara matinya juga nggak elegan. Absurd abis deh pokoknya. Penasaran kan? Makanya, buruan baca. Lumayan, dapat hiburan dan bisa ketawa-ketawa gratis. Terus ikuti GA-nya. Lumayan kalo menang dapet kaos gratis.

Beruntung sekali gue bisa menyelesaikan Teka-Teki ini sampai tamat. Sepertinya, gue memang pantas menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut. Yang berakhir happy ending.

Inilah fotonya. Sorry jelek, belum mandi soalnya. Dan gue bingung harus berpose apa ketika bahagia.





Keterangan foto : Gara-gara baca Teka-Teki, gue jadi inget kisah tentang Cindy. Jadi, pas zaman SMK dulu. Waktu itu, gue dikenalin cewek sama Agus. Sebut saja, nama cewek ini Rani. Seorang cewek jurusan Perkantoran. Yak, jurusan ini memang yang paling banyak cewek cantiknya. Sebuah kehormatan bagi gue. Karena bisa dikenalin sama cewek dari jurusan ini. Lalu, gue punya saingan yang mirip Rama. Anggep aja namanya Rama juga, kebetulan gue males nyari nama ganti. Dia suka gombal, dia gampang banget deketin cewek-cewek. Gue yang pemalu dan cupu emang nggak pede punya saingan. Sama yang lebih jelek aja, gue takut kesaing. Buktinya, pas SMP gue gagal jadian hanya karena takut ngomong. Padahal, kalo gue bilang, hmm belum tentu jadian juga, sih. Setidaknya, sekarang gue harus beranilah. Gue dari SMP sampai SMK memang sulit sekali bergaul sama cewek-cewek. Tapi gue pikir, “Mau sampai kapan begini terus? Gue harus berubah. Hiyaaatttt, BERUBAHHHH POWER RANGER.” Gue mulai memberanikan diri untuk PDKT. 

Lagian, Rani nggak ada hubungan apa-apa kayaknya sama Rama. Rama emang putih, lumayan ganteng, tapi bisa aja homo. Nah, pokoknya percis banget kayak di e-book.

Seiring bergantinya hari. Gue semakin deket sama Rani. Gue tetaplah gue. Yang nggak pernah pede untuk menyatakan cinta. Bisa SMS-an sama dia beberapa hari aja, rasanya seperti dapat nilai 100 pada ulangan Matematika. Seneng banget. Tapi ya, apalah arti nilai 100 kalo gue nggak bilang hal itu ke orang tua. Orang tua gue nggak akan tau. Analogi macam apa ini. Oke, mungkin perumpamaan yang ini deh. Namanya perasaan, itu kan mirip pas mau boker. Ditahan-tahan nggak enak. Kalo abis boker nanti lega. Karena gue nggak terbiasa menahan boker. Dan nggak mau diketawain kalo sampe boker di celana. Gue putuskan untuk boker pada tempatnya. Maksudnya, menyatakan langsung ke orangnya. Gue mengajak Rani ketemuan. Tepatnya, di kantin sekolah, pukul 06.00 Ya masih sangat pagi. Di mana para murid masih pada di rumah, lagi mandi dan siap-siap ke sekolah, atau malah masih ada yang tidur meluk guling. Gue malah sudah duduk di dekat tukang somay sambil berbicara empat mata dengannya.

“Ran,” kata gue pelan. Lalu Rani melihat wajah gue. “Gue suka sama lu. Jadian yuk,” ujar gue pede, sambil menatap matanya lama. Gue pandangi dia serius sambil menunggu jawaban.

Dia masih terdiam dan memandangi gue. “Hmm,” gumam Rani. Setelah itu Rani membuka mulutnya, “Iya,” katanya pelan. Ia tersenyum sambil mengangguk.
Gue yang awalnya datar. Akhirnya, tersenyum juga.


Hari itu, kami berduaan duduk di samping tukang somay. Gerobak somay menjadi saksi bisu atas resminya kami jadian. Yang berlanjut makan somay berdua. Kenyang dan bahagia.

TAMAT.

Itulah cerita gue.

Yuk yang lain, ikutan GA.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment