Nggak banyak yang bisa gue lakukan ketika sakit. Hobi menulis dan membaca saja sampai harus gue tinggalkan sementara. Untuk menulis seperti biasa itu rasanya sulit. Gue juga agak kesulitan menemukan ide. Lagian, gue susah berkonsentrasi dan berpikir karena badan lemas. Membaca novel pun rasanya males banget (tanpa dot com). Gue kayaknya lagi nggak pengin baca buku—apalagi yang ceritanya panjang-panjang. Demam yang tinggi, batuk terus-menerus, serta hidung yang meler membuat gue gagal fokus setiap kali menulis ataupun membaca.
Sebenernya, sih, ide pasti banyak sekali di dalam setiap kepala manusia. Ide nggak akan pernah ada habisnya selama orang itu masih hidup. Namun, gue merasa nggak bisa langsung mengeksekusinya ketika sudah menemukan ide itu. Gue cuma bisa mencatatnya di post it tentang poin-poin pentingnya. Sumpah deh, buat nulis itu rasanya berat banget kalo keadaan tubuh lagi gak fit. Seolah-olah ngetik satu lembar di Ms. Word (yang palingan sekitar 300-400 kata) itu seperti harus bikin novel ribuan halaman. Berlebihan banget bukan?
Mau membaca buku juga entah kenapa males. Biasanya gue bakalan membaca novel (yang ceritanya utuh menyambung terus dari awal sampai akhir) minimal 3 lembar dalam sehari. Karena dalam sehari kalau nggak membaca buku itu rasanya ada yang kurang. Kalau diibaratkan, itu bagaikan klub Barcelona tanpa Messi. Kurang asyik aja gitu. Sekalinya lagi males baca novel dan pengin baca yang singkat-singkat, gue palingan membaca kumpulan cerita—baik fiksi maupun nonfiksi.
Ngomong-ngomong, gue nggak sok bergaya sebagai anak yang suka atau rajin baca buku, ya. Gue mah apaan. Baca Alquran aja palingan tiap malem Jumat. Itu juga mesti Jumat Kliwon. Bacanya Ayat Kursi. Yang buat ngusir setan. Halah! Astagfirullah. Ampuni hamba ya, Allah.
Oke, balik ke topik.
Sayang banget waktu jadi terbuang dengan percuma kalau sakit begini. Gue nggak bisa produktif seperti biasanya. Kerjaan gue palingan cuma tidur, terus bangun-bangun makan, minum obat, tidur lagi. Pas kebangun lagi, aktivitas gue cuma buka WhatsApp terus balesin chat dari pacar atau temen. Setelah itu, buka Twitter atau Instagram. Kemudian balik chatting lagi. Terus buka Twitter atau Instagram lagi. Ya, begitu terus diulang-ulang sampai bego. Sampai akhirnya gue kembali tidur-tiduran sambil menunggu tidur di malam hari. Sungguh monoton bukan?
Ya, tapi begitulah kenyataannya. Kegiatan gue kalau sedang lemah tak berdaya begini (anjis kok lebay ya?) memang banyak tidurnya. Mau memaksakan beraktivitas juga susah. Menonton film dewasa terus berlanjut ********** (sengaja disensor biar blog ini nggak mesum lagi, alias biar pada penasaran muahaha) juga nggak mungkin. Masa iya gue udah sakit dan lemah begini ditambah kegiatan yang bikin tambah lemes itu? Ya, gak apa-apa juga, sih. Kan, itu nikmat. Astagfirullah.
Namun, ada beberapa kegiatan yang lama-lama gue sadari. Kalau sakit gue punya sebuah kebiasaan aneh. Bisa dibilang gue udah lama nggak sakit separah dan selama ini. FYI, gue udah sakit dari hari Senin kemarin. Berarti udah hampir seminggu. Ini termasuk lama buat gue. Karena biasanya gue sakit cuma 3 hari juga udah sembuh.
Oiya, kegiatan aneh di saat sakit begini adalah... berangkat umroh. MUAHAHA. YA KAGAKLAH!
Ketika sakit, kegiatan gue sebenernya nggak aneh-aneh amat. Gue nggak sampai minum Fanta terus dicampur dengan susu, tapi susunya yang khusus untuk ibu hamil. Gue juga nggak sampai manggil dukun karena mengira terkena santet. Astagfirullah. Nggak. Gue nggak musyrik kayak gitu, kok. Gue masih inget Tuhan. Iya, ingetnya kalo lagi sakit doang. Astagfirullah. Duh, ini gue istigfar mulu dah. Susah emang orang sakit seperti gue ini. Taubatnya mah kalau udah menderita begini. Giliran sehat maksiat mulu.
Eh-eh, pada mau ke mana? Belum habis ceritanya. Gue serius, kok kali ini. Jangan di-close tab atau langsung komen dong!
Di kala sakit begini, gue biasanya memikirkan hal-hal bodoh yang gue lakukan saat sehat dan apa aja yang menyebabkan gue bisa tumbang kayak begini.
1. Gue sering telat makan kalau udah sibuk kerja (biasanya pas kerja lapangan). Waktu makan siang, bisa-bisa mundur jadi makan sore. Makan malem pun jarang, itu juga kalo gak keburu tidur karena kecapekan.
2. Sekalinya makan, gue sering banget milihnya makan mi instan. Bener-bener gak bergizi.
3. Sering menunda jam tidur padahal juga gak ada kerjaan. Efek sehari ada kerjaan yang mengharuskan gue tidur larut karena dikejar deadline, keesokan harinya gue pasti jadi terbiasa tidur larut. Padahal ya, itu nggak ngapa-ngapain: paling cuma mantengin timeline Twitter atau melakukan sesuatu yang gak jelas seperti ********** (kata ini tidak bisa ditampilkan karena berbagai alasan, alias gue nggak bisa berpikir dengan baik kalo sakit begini. Jadi, tolong tebak sendiri itu kata apa).
4. Sehat.
5. Sempurna.
Tolong abaikan nomor 4 dan 5.
Hal-hal seperti itulah yang selalu gue pikirkan di saat sakit. Hal-hal yang sudah jelas menyebabkan penyakit mudah datang, tapi bodohnya sering dilakukan lagi ketika sudah sembuh dan sehat kembali. Gue (atau mungkin kalian juga) pasti sering mengulanginya. Berulang-ulang kali sadar kalau begadang dan makan mi instan nggak baik dan bikin sakit, tapi baru sembuh sedikit udah bandel lagi. Namanya juga manusia. Khilaf melulu. Hehe.
Kebiasaan aneh lainnya adalah membaca buku puisi. Entahlah, gue juga kurang ngerti sama kebiasaan itu. Meskipun gue sering nggak paham apa itu maksud atau makna di dalam puisi, anehnya gue tetep suka banget baca buku puisi di kala sakit.
Gue berpikir puisi itu adalah karya yang indah sekaligus sulit sekali. Para penyair hebat itu pasti harus memilih-milih diksi yang tepat. Berulang kali memikirkan kata yang pas agar memiliki rima dan menarik dibaca. Penyair itu tentunya juga harus menguasai tesaurus. Kemudian penyair itu pun mulai menyusun kata demi kata menjadi kalimat yang cantik. Kalimat demi kalimat sampai menjadi bait. Bait demi bait hingga terciptalah satu puisi. Puisi-puisi itu lalu dikumpulkan menjadi sebuah buku. Iya, buku kumpulan puisi.
Gue tadi sudah bilang kalau sakit nggak bisa baca yang panjang-panjang, makanya gue baca buku puisi yang udah pasti pendek. Toh, puisi paling panjang berapa, sih? Enam sentimeter? Eh, itu mah ukuran penis orang Korea, ya? Muahaha. Malah ngawur.
Lagian, membaca puisi di saat sakit ini tidak membuat kepala gue menjadi tambah pusing. Gue juga heran sama hal ini. Seharusnya baca puisi mah pusing karena nggak paham sama artinya. Namun, gue malahan tersenyum. Gue mendadak jadi kepengin menghasilkan kalimat-kalimat yang puitis juga.
Kalo boleh jujur, gue kurang suka sebenernya dengan puisi. Gue malah benci. Pertama, karena gue kesulitan memahami diksi-diksi di dalam puisi itu. Gue sering bolak-balik ngecek kamus hanya untuk mencari tahu arti kata-kata di buku pusi tersebut. Kedua, gue takut jadi sok-sok penyair dan langsung pengin menulis yang romantis karena kagum sama puisi yang telah gue baca itu. Ya, tapi rasanya nggak cocok seorang Yoga menuliskan kata-kata puitis. Udah biasa nulis curhatan gak jelas kayak gini, kan. Tau apa coba gue soal puisi?
Ya, udahlah. Meskipun gue gak paham apa-apa sama puisi dan maknanya itu, setidaknya gue selalu tersenyum saat membacanya. Dan tentu saja, tersenyum adalah sebuah terapi agar gue bisa merasa lebih baik dan terlihat seperti orang sehat. Jadi, setiap sakit gue punya hobi baru yang aneh: membaca buku kumpulan puisi.
Btw, itu aneh gak, sih?
Kalo buat gue sendiri itu aneh. Karena gue anaknya nggak romantis. Apalagi sering banget dikatain “Yoga bangsat”, “Yoga bajingan”, “Yoga bajingak” sama Icha dan Wulan. Dua temen cewek yang tergabung dalam WIRDY itu emang biadab. Pokoknya gue ngerasa nggak cocok gitulah sama bacaan-bacaan yang romantis dan puitis. Mereka bilang gue cocoknya baca buku Kamasutra. Ya, sialan emang.
Kayaknya ini udah kepanjangan deh. Perasaan tadi gue bilang kalo lagi susah menulis. Eh, ini malah lumayan panjang. Udah 1.000 kata ternyata yang tertulis. Bener-bener nggak terasa dan mengalir gitu aja.
Kalo gitu, sekian dari gue. Mau tidur dan istirahat yang banyak biar cepet sembuh.
Oiya, kalau kalian pas sakit punya hobi aneh gitu nggak, sih? Pokoknya pas lagi sakit biasanya ngapain aja?
---
PS: - Gue nggak suka Barcelona, itu tadi mah cuma buat contoh aja. Gue tuh sukanya Manchester United. Ya, walaupun sering kalah. Bodo amat deh, udah terlanjur suka sama MU habisnya. Hahaha.
-Tesaurus itu bukan sejenis dinosaurus, tapi buku referensi berupa daftar kata dengan sinonimnya.
-Tadinya gue udah ngetik ini panjang-panjang, eh malah ilang semua gara-gara koneksi terputus. KAN ASU! Ah, syukurnya masih ada rekapan singkat yang belum diedit di blog satunya lagi.
-Akhirnya tulisan tanpa embel-embel iklan ini bisa gue tulis. Kangen euy menulis di blog tanpa bayaran apa-apa. Menulis karena curhatan dari hati itu emang mantap jiwa.
Terima kasih sudah membaca sampai habis.
Hmm, terima kasih juga wahai buku kumpulan puisi karena sudah menjadi teman terbaik di saat sakit.
0 comments:
Post a Comment