Tumbuhnya Geraham Bungsu (Dewasa)

Di sebuah pagi pada akhir September, gue sedang duduk di warkop menikmati semangkuk indomi jumbo dengan tambahan telur dadar dan irisan cabe rawit. Dan ternyata, itu adalah makanan terakhir paling enak yang bisa gue santap sebelum menderita seperti sekarang.

Iya, sudah tiga hari ini gue sakit.

Bukan. Gue bukan kena tipus, kok. Kalo bisa mah jangan sampe deh itu tipus kambuh lagi. Melainkan, geraham bungsu gue baru saja tumbuh. Sebenarnya, gue sudah pernah mengalami kesakitan seperti ini sebelumnya. Jadi, ini adalah tumbuhnya gigi bungsu yang ketiga atau keempat kalinya.

Bentar, gue inget-inget dulu. Njir, gue lupa. Ya udah, gue ngaca dulu deh, mau ngecek giginya. Oh, ternyata yang keempat nih.


Saat manusia mulai dewasa, akan tiba waktunya geraham bungsu tumbuh. Geraham bungsu ini adalah gigi geraham yang tumbuh paling akhir di keempat pojok belakang rahang atas dan bawah. Biasanya bakal terjadi ketika menginjak usia 17-30 tahun.

Udah gitu, tumbuhnya geraham bungsu ini nggak seperti gigi-gigi yang tumbuh menggantikan gigi susu. Gigi ini munculnya perlahan-lahan. Awalnya terasa gatal, lalu sedikit demi sedikit mulai merobek gusi yang mengakibatkan rasa nyeri. Hingga akhirnya geraham ini pun bisa tumbuh dengan sempurna. Yang artinya: SAKIT BANGET BANGSAT! 

sumber: klik gigi


Gue masih ingat betul, geraham bungsu pertama gue ini tumbuh di rahang kiri atas. Saat itu, gak ada masalah yang bikin gue kesakitan, gue hanya merasa gatal. Lalu, yang kedua tumbuh di rahang kanan bawah. Ini lumayan membuat gue sariawan beberapa kali, tapi gue masih sanggup menahan sakitnya. Kemudian, yang ketiga ini tumbuh di rahang kanan atas. Nah, yang ini baru tumbuh sedikit sekali, sepertinya dia masih malu-malu menunjukkan dirinya.

Dan sekarang adalah yang keempat. Tumbuh di rahang kiri bawah. Astagfirullah.

Gue nggak ngerti kenapa, kali ini malah timbul masalah. Geraham bungsu yang keempat ini nggak kebagian tempat, gusi gue nggak cukup lagi untuk menampung gigi ini. Sehingga menyerempet pipi kiri bagian dalam. Sariawan gede banget dan giginya masih ketutupan gusi yang paling ujung.

Karena penasaran soal permasalahan gigi bungsu ini, gue pun bertanya di Twitter:

“Tumbuhnya geraham bungsu ini nyiksa banget. Ini cewek awal pertama tumbuh payudara rasanya gitu juga gak, sih?”


Emang, sih, nggak ada korelasinya, tapi ya namanya juga ide nge-twit gue selalu ngawur. Ehehe.

Karena tahu kalo di Twitter banyak orang yang nggak serius (termasuk gue), rasanya akan percuma kalo gue bertanya hal yang serius. Maka, gue pun bertanya serius ke teman yang pernah mengalaminya di WhatsApp.

Beberapa jawaban teman cukup membuat gue terkejut. Ada yang bilang bisa bikin mata bertambah minus. Ya, Allah. Gue nggak mau minusnya nambah. :’) Ada juga yang bilang, kalau nggak kuat mending segera periksa ke dokter gigi. Kalau ada masalah pada giginya, biasanya bakal dioperasi dan harus dicabut.

Buseh, operasi? Gue membatin.

Denger-denger dari temen, sih, awalnya harus foto giginya pake sinar x. Nanti kalau ternyata miringnya di atas 50 persen, itu bahaya dan harus segera dioperasi atau dicabut.

Ketika mulai bertanya soal biayanya, gue semakin terkejut. Katanya total biaya satu gigi itu bisa sampai 500 ribu. Ya, Allah... mahal banget. Itu buat beli nasi padang dapet berapa bungkus, ya? Itu buat beli kuota kira-kira bisa untuk enam bulan, bahkan lebih.

Gue kuat kok nahan sakitnya. Ah, sakitnya gak seberapa. Daripada kudu ngeluarin uang sebanyak itu. Santai, gue pasti kuat. Ehehe. Kuat. Kuat. Kuat.

Kuat palelu trapesium! Ini sakit, ya Allah.


Gue pun hanya bisa istigfar terus tiga hari ini. Lumayan deh, mengurangi dosa-dosa gue. Apalagi mengingat tulisan di blog yang banyak mesumnya ini. Astagfirullah. Rasa sakit di gigi ini pun perlahan-lahan menghilang. Kayaknya gigi itu mengerti bagaimana kondisi keuangan si Yoga. Muahaha.

Ya, oleh karena itu kayaknya gue bakalan lebih memilih menahan sakit dan nyerinya untuk seminggu ini. Kalau ternyata gak kuat, baru deh gue coba ke dokter.


Selama sakit gigi ini, gue cuma bisa tiduran dan ngurung diri di kamar. Rasanya males ngapa-ngapain, termasuk males makan. Ya iyalah, yakali gue setiap hari makan bubur? Males banget. Mendingan gue gak makan. Kalo dipikir-pikir, ini kok percis banget ketika gue mengalami rasanya sakit hati, ya?

Saat sakit hati, gue pasti males makan. Entah kenapa gue selalu merasa kenyang setiap kali patah hati. Ya, mungkin karena gue terlalu banyak menyantap kenangan masa lalu. Gue juga biasanya mengurung diri di kamar. Mengingat-ingat kebersamaan yang dulu pernah dilewati, kemudian kandas di tengah jalan. Memikirkan apa salah gue, kenapa dia bisa setega itu sampai selingkuh?

Uh, analoginya kok ke percintaan melulu, sih? Cinta memang universal, ya. Bisa disangkutpautkan ke mana pun.

Jadi, sakit hati dan sakit gigi itu memang banyak kesamaan. Dari mulai malas makan, mengurung diri di kamar, dan termasuk kalau udah nggak kuat menahan rasa sakitnya, kita pasti mengeluarkan air mata.

Tapi begitulah proses menuju dewasa. Orang yang sudah merasakan sakit hati, biasanya sudah dikatakan dewasa. Dan tumbuhnya geraham bungsu (dibaca: geraham bangsat) ini katanya menandakan kalau orang itu juga telah dewasa.

Gue mendadak jadi merenung, kalo tumbuh dewasa itu apa harus melewati dan mengalami rasa semenyakitkan ini (sakit hati dan sakit gigi)?

Berarti gue sudah resmi dewasa karena telah mengalami dua rasa sakit itu.


*) PS: tulisan ini diketik dengan penuh penderitaan dan belum sarapan. Sakit gigi tidak akan membuat gue berhenti konsisten nge-blog. Kalau mau jadi blogger sejati jangan pernah banyak alasan. Yuhuuu.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment