Orang bilang, “Es krim adalah obat terbaik ketika hati sedang sedih atau terluka.”
Namun, Agus nggak pernah mengerti kenapa Selvi tak pernah mau diajak menikmati es krim ketika ia sedang bersedih. Padahal mereka telah menjalin hubungan itu hampir 6 bulan. Agus merasa Selvi tidak ada romantis-romantisnya sebagai pacar. Berbeda sekali dengan Rani yang hanya berstatus teman dekat. Setiap dua minggu sekali, biasanya Rani dan Agus akan menghabiskan waktu bersama untuk menikmati es krim.
Mungkin Selvi memang tidak suka es krim. Entahlah. Atau mungkin saja ia punya penyakit diabetes, alergi, atau takut gendut. Hal itu berbanding terbalik dengan Agus yang benar-benar pecinta es krim. Dari mulai es krim jenis batangan, cup, dan cone pun hampir semua sudah pernah ia coba.
***
Pada Rabu siang sepulang ngampus, Agus dan Selvi mampir ke minimarket terlebih dahulu sebelum menuju indekos Selvi. Karena hari itu cuaca memang sedang panas-panasnya. Mereka membeli 2 botol teh pucuk dan sebuah es krim batangan rasa cokelat.
Sesampainya di indekos Selvi, Selvi langsung membuka kancing kemeja flannel-nya, sehingga tank top hitamnya pun terlihat jelas. Setiap lelaki yang memandangnya pasti akan menelan ludah kalau melihat Selvi seperti itu. Ya, tentu saja karena dadanya yang cukup besar. Melihat Selvi yang kegerahan seperti itu, Agus segera menyalakan kipas angin.
Selvi juga tampak begitu kehausan akibat cuaca panas itu. Terlihat dengan jelas dari botol minumannya yang tersisa setengah (yang masih berisi setengah jika kamu termasuk orang yang optimis).
“Kamu bener gak mau coba es krim punyaku?” tanya Agus kepada Selvi.
“APA, SIH?” bentak Selvi. “AKU MESTI BILANG BERAPA KALI LAGI KE KAMU? GAK MAU, YA GAK MAU!” Kali ini, Selvi benar-benar marah dengan pertanyaan Agus. Selvi bosan dengan Agus yang selalu menawarkannya es krim. Entahlah ini yang sudah berapa kalinya karena saking banyaknya.
“Gak usah bentak gitu, dong,” keluh Agus. “Aku cuma nawarin, kan. Siapa tau kamu sekarang berubah pikiran dan penasaran.”
Mendengar perkataan Agus yang masih berusaha merayunya, Selvi pun langsung mengusir Agus. “Kamu mending pulang aja deh! Aku bete!”
Agus langsung menyelonong pergi dengan penuh amarah. Ia tidak meminta maaf terlebih dahulu, bahkan tanpa berkata apa-apa. Setelah memacu sepeda motornya dan menjauh dari indekos Selvi, Agus kemudian memarkirkan motornya di sebuah taman. Kemudian menelepon Rani.
Awalnya, telepon itu tidak ada jawaban. Setelah menelepon beberapa kali dan menunggu agak lama, akhirnya terdengar suara lembut seorang perempuan, “Kenapa, Gus? Berantem lagi sama cewek lu?”
Sepertinya, Rani sudah hafal betul dengan hal itu. Agus pun ngedumel nggak jelas seperti biasanya. Menumpahkan keluh kesahnya ke teman baiknya itu.
“Ya udah, ke kosan gue aja sini,” ajak Rani. “Kita makan es krim spesial.”
Tanpa berpikir panjang, Agus pun bergegas menuju indekos Rani dan melakukan perselingkuhan.
***
Sebelum perselingkuhan itu terjadi, awalnya Agus dan Rani hanyalah teman satu kelompok dalam sebuah tugas kuliah. Namun, karena itulah mereka akhirnya bisa menjadi begitu dekat seperti sekarang. Waktu itu, deadline tugas sudah tinggal sehari lagi, tetapi kelompok Agus dan Rani belum juga menyelesaikan tugasnya. Apalagi teman-teman yang lain: Budi, Chika, Doni, dan Erwin adalah mahasiswa pemalas. Mereka hanya mau terima jadi dan patungan biaya print atau fotocopy tanpa mau bekerja. Oleh karena itu, Agus dan Rani yang harus bertanggung jawab akan tugas itu.
Mereka awalnya mengerjakan tugas biadab itu di perpustakaan kampus, tapi karena sebentar lagi mau tutup, maka mereka pindah ke indekos Rani. Sudah 4 jam lebih mereka berkutat dengan tugas itu, tapi apa daya tak kunjung selesai. Kekurangan personil, sulitnya tugas, dan deadline benar-benar membuat Agus stres. Rani dari tadi hanya memperhatikan raut wajah Agus yang tidak enak dipandang itu. Maka itu, Rani pun keluar sebentar untuk membeli es krim agar menyenangkan dan menenangkan hati Agus. Ya, karena es krim adalah makanan favorit Agus.
Lima menit berlalu, Rani kembali ke indekosnya.
“Nih, biar rileks,” ujar Rani sambil memberikan es krim batangan rasa cokelat.
“Thanks, Ran,” kata Agus sambil menerima es krim itu dan langsung memakannya.
Es krim mereka telah habis. Kini mereka kembali mengejarkan tugas terkutuk itu. Lucunya, nggak ada 10 menit melihat layar laptop, wajah Agus kembali tegang.
Rani pun berkata, “Mau es krim lagi?”
“Hahaha. Nggak, usah. Ngerepotin aja,” kata Agus menolaknya.
“Spesial loh yang ini. Yakin nggak mau?” tanya Rani sambil memperlihatkan sebuah es krim yang begitu menggoda.
Agus terkejut dengan es krim yang baru pertama kali ia lihat secara langsung. Tak perlu menunggu lama, Agus segera melahapnya.
“Gimana? Enak kan, Gus?” tanya Rani.
Agus tidak menjawab. Ia begitu menikmati rasa es krim yang baru dicobanya itu. Agus menjilatinya dengan rasa bahagia. Saking enaknya, kemudian ia langsung mengemut choco cip-nya yang menggoda itu.
Rani pun tertawa akan kelakuan Agus yang seperti anak kecil itu saat melahap es krim.
“Hmm... enak banget, Ran,” kata Agus sambil tertawa. “Rasanya mau nambah. Boleh bagi satu lagi?”
Rani mengangguk. Cukup lama Agus menikmati es krim tersebut. Lalu tiba-tiba Rani bilang, “Gue juga mau cobain es krim spesial punya lu dong!”
“Hah?” Agus begitu terkejut. Agus mulai berhenti menjilati es krim spesial itu dan memandang Rani heran.
Tanpa menunggu jawaban dari Agus, Rani langsung membuka bungkus es krim itu dan mulai menjilatinya. Kini, giliran Rani yang merasakan nikmatnya sebuah es krim. Rani menjilatinya dengan penuh makna. Matanya terpejam saat memasukkan es krim batangan itu ke mulutnya. Ia juga mengulumnya dengan lembut.
Sejak malam itu, Agus dan Rani akhirnya menjadi teman dekat. Setiap ada kesempatan mereka pasti menikmati es krim itu bersamaan. Ya, es krim spesial kesukaan Rani adalah kemaluan Agus. Dan es krim spesial kesukaan Agus adalah payudara Rani.
Agus pun semakin mencintai es krim. Dari es krim yang biasa menjadi es krim spesial. Dan tentu saja Selvi tidak pernah mau diajak menikmati es krim. Bukan karena Selvi tidak suka es krim, tapi es krim yang dimaksud Agus konotasinya ialah seperti itu.
***
Pesan moral: Romantis nggak harus kayak gitu, kok. Itu mah mesum. Ingat, jangan berbuat seperti itu kalo belum nikah. Dosa woy!
Maaf es krim ini mesum. :(
0 comments:
Post a Comment