“Gue tunggu cerita kalian di blog masing-masing, ya!”
Parah!
Gue baru inget, kalo ada sebuah cerita di akhir bulan Desember yang belum sempat ditulis. Parah. Sumpah, ini parah. Masa sekarang udah akhir Januari. Gak terasa banget udah sebulan berlalu.
Mungkin kalau gue menuliskan cerita ini rasanya sungguh telat. Tapi, sesuai janji—dengan teman-teman yang lain—untuk menuliskan cerita kopdar di blog masing-masing, maka izinkanlah gue untuk tetap bercerita. Dan maafkanlah kalau gue baru sempat posting sekarang.
Di antara kalian masih ada yang ingat long weekend dari tanggal 23-27 Desember 2015?
Nah, di liburan itu seorang Yoga nggak ada rencana pergi ke mana-mana.
Iya, ngenes banget emang hidup gue. Udah pengangguran, gak punya duit pula (emang ada pengangguran banyak duit?). Nggak bisa liburan, kan.
Liburan gue menjadi hampa.
Bersyukurlah salah satu teman blogger ada yang mengusulkan kopdar. Grup WhatsApp Blogger Jabodetabek pun ramai berdiskusi tanggal berapa, dan di mana tempat yang enak untuk berkumpul kebo.
Kami sepakat kumpul pada tanggal 25 Desember alias di hari Natal. Lalu, sekarang tinggal menentukan tempat. Karena sudah terlalu sering kumpul di Bogor atau Depok, tempat itu otomatis di-blacklist.
Lalu, tiba-tiba ada yang usul Puncak.
“Macet banget kali Puncak mah,” respons seseorang.
“KEJAUHAN ANJEEERRR! LU AJA SANA SAMA NENEK LU YANG JAGO BREAKDANCE ITU!” respons gue, tapi cuma dalam hati. Karena gue takut diajak battle breakdance sama neneknya.
Emaap.
Kala itu, gue usul untuk kopdar di TMII. Biar sekalian motret pemandangan, terus nanti foto-fotonya bisa upload IG deh (Yoga sok anak Instagram).
Namun, banyak yang menginformasikan kalau TMII ini bakalan ramai dengan anak sekolah karena sedang musim liburan. TMII pun dicoret dari daftar.
Setelah itu, kami—para blogger Jabodetabek—mulai bingung lagi menentukan tempat yang pas.
***
“Jadi yang fixed ikut siapa aja nih?” tanya Karin di grup WA.
Tidak ada yang respons.
“Eh, emak gue udah masak banyak, loh,” lanjutnya.
Dan akhirnya, kami semua sepakat kopdar di daerah Serpong, Tangerang. Lebih tepatnya di rumah Karin.
Karena kasihan tidak ada yang jawab, maka gue pun mengetik, “Gue. Nanti langsung otw habis Jumatan.”
Setelah Jumatan, gue langsung bergegas menuju rumah Karin. Namun, gue sedikit bingung akan lewat mana. Ada tiga jalur menuju rumah Karin: pertama, arah kampus Pamulang yang biasa gue lalui setiap kuliah, dan Serpong itu lokasinya tidak begitu jauh dari kampus; kedua, lewat Ciledug terus Alam Sutera, baru deh Serpong; ketiga, naek ojek buraq dalam 10 detik langsung sampe.
Karena tidak tau pangkalan ojek buraq di mana dan rasanya juga mustahil. Maka, gue pun memilih jalur pertama.
Gue juga lebih memilih berangkat naik motor daripada kereta. Karena jalanan begitu lenggang, sayang banget kalo nggak dimanfaatin. Jarang-jarang, kan, bisa ngebut lancar di Jakarta. Ehehe.
Gue berangkat dari rumah jam 13.20, dan sekitar pukul 14.00 gue sudah sampai Pamulang. Tumben sekali. Gue pun langsung ngabarin Karin via WA. Dan dia bilang, “Ke arah Stasiun Serpong aja. Itu cuma 20 sampe 30 menitan dari situ.”
Dengan penuh percaya diri, gue langsung menuju ke arah Stasiun Serpong. Kampretnya, di tengah jalan ada perbaikan jalan sehingga lumayan macet. Lalu, tiba-tiba gue juga rada lupa jalan ke Stasiun Serpong. Double kampret.
Tidak ingin tersesat, gue segera bertanya kepada salah seorang bapak-bapak di pinggir jalan. Setelah mendapatkan informasi yang cukup jelas, gue melanjutkan perjalanan.
***
Gue sudah keliling-keliling daerah Serpong selama setengah jam. Seharusnya gue pasti udah sampe rumah Karin kalau nggak nyasar nih. Parah!
Sudah bertanya tiga kali sama orang, gue malah tambah nyasar. Karin kemudian menanyakan lokasi gue di mana. Namun, gue tidak menjawabnya, justru gue minta dia supaya share location.
Sudah mendapatkan lokasi yang tepat, gue langsung membuka aplikasi GPS. Berharap kali ini GPS tidak menyesatkan.
Sekitar pukul 15.00 tepat, gue sampai di dekat Stasiun Serpong, di sana sudah ada Karin dan Salam yang menunggu dari tadi. Ternyata rumahnya Karin begitu dekat dengan stasiun. Tau gitu, mending gue naek kereta, ya Tuhan. Naek kereta hanya Rp 6.000 palingan pulang-pergi. Gue nyasar-nyasar bisa ngabisin bensin Rp 15.000. Ah, bodoh sekali hamba.
“Lu ke mana aja sih, Yog?” tanya Karin meledek sambil tertawa-tawa.
“Nyasar nih tae,” jawab gue kesel.
“Motor lu ganti, Yog?” tanya Salam.
Gue tidak menjawab.
Entahlah, kenapa si Salam lebih fokus ke motor daripada temannya yang nyasar. #SalamJahat #SalamTega #SalamSuperMarioTeguh
Kami bertiga memilih menunggu teman-teman yang lain di rumah Karin. Ya, sekalian istirahat. Nyasar itu sangat melelahkan kawan. Apalagi nyasar di hati yang salah.
Keluarga Karin menyambut gue dan Salam dengan hangat. Karin juga langsung mengeluarkan minuman jeruk dingin dan peyek kacang.
Tidak lama setelah itu, Nuri mengabarkan kalau dia sudah sampai di stasiun. Karin segera menjemputnya.
Sesampainya di rumah Karin, Nuri tampak kehausan dan kelaparan sekali. Dia segera meminum segelas air jeruk dan memakan peyek itu dengan brutal.
Gue yang melihat ada label harga “Rp 2.000” di toples peyek segera bilang ke Salam dan Nuri, “Eh, udah pada ngambil berapa lu?”
“Lu pada gak lihat nih?” lanjut gue menunjuk-nunjuk tulisan “Rp 2.000” yang nempel di toples.
Salam ketawa ngakak. Nuri pun juga tertawa, lalu tersedak. Muahaha.
Beberapa saat kemudian, yang datang ialah Sabil. Dan dia orang terakhir. Oalah, ternyata kami kopdar hanya berlima.
Melihat kami bertiga (gue, Salam, dan Nuri) tertawa-tawa, Karin pun penasaran dan bertanya, “Ada apaan, sih?”
“Ini si Nuri sama Salam, Rin. Mereka udah makan dua peyek. Jangan lupa mintain masing-masing Rp 4.000, yak!” kata gue meledek.
“Enak aja lu! Baru satu setengah. Tadi yang setengah gue potek,” ujar Nuri.
Karin tertawa melihat label harga yang menempel di toples yang berisi peyek tersebut.
“Gratis, kok. Gratis. Santai aja. Itu emang biasanya nyokap gue jualan.”
“Parah emang lu pada, dagangan orang malah dimakanin,” kata Salam sambil mengunyah peyek.
“Lu juga woy!”
Puas dengan camilan peyek, kami berlima pun disuruh makan sore oleh ibunya Karin.
Makan dulu gaes |
Mantaplah. Gratisan. Huwahaha.
Oiya, si Sabil nggak tahu kenapa begitu pendiam. Jarang ngomong gitu deh. Beda banget sama gue yang ngomong mulu, apalagi kalo kelaperan.
Lihat aja foto ini:
sumber gambar: blog Salam |
Entah apa saja yang kami bahas setelah itu, pokoknya ngobrol dan seru-seruan. Ketika jam menunjukkan pukul 5 sore, Karin mengajak kami ke mal hitz (iya pake z biar azek) Tangerang, yaitu AEON Mall.
Bodohnya, si Karin lupa meletakkan henpon. Sudah dicari di mana-mana, hapenya tetep nggak ada. Semua pun panik. Orangtuanya Karin pun jadi ikutan nyari. Bahkan Panic at The Disco juga panik. Parah.
Akhirnya, HP Karin ketemu. Karena tanggung sudah azan, kami sepakat berangkat habis Magriban.
Karin boncengan sama Sabil, Salam boncengan sama Nuri, dan gue sama....
Ya Tuhan... berdebu deh ini jok motor gue. Sendirian mulu, nggak ada yang dibonceng.
***
Sesampainya di sana, kami segera mengabadikan momen langka ini. Jarang-jarang kumpul blogger di mal. Kami pun resmi jadi anak gaul Tangerang karena sudah menginjakkan kaki di AEON Mall. Yuhuuuu.
Di sana ada tempat bermain anak-anak yang mirip air mancur warna-warni gitu. Enak, ya. Zaman gue kecil mah boro-boro. Cuma bisa maenan air got. Oke, ini menjijikan.
Kami kemudian bermain ke Taman Sakura. Bukan bunga sungguhan, tetapi ini hanya cahaya lampu. Ah, tapi keren abis.
Tiba-tiba si Nuri pengin es krim. Gue pun usul es krim Mekdi yang enak. Eh, setelah nyari-nyari, masa gak ketemu juga. Parah! Mal keren begini gak ada Mekdi-nya. Atau emang kami yang norak, ya? Enggak engeh di mana Mekdi bersembunyi.
Tiba-tiba si Nuri pengin es krim. Gue pun usul es krim Mekdi yang enak. Eh, setelah nyari-nyari, masa gak ketemu juga. Parah! Mal keren begini gak ada Mekdi-nya. Atau emang kami yang norak, ya? Enggak engeh di mana Mekdi bersembunyi.
Melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 20.00, kami memutuskan untuk pulang. Soalnya supaya Sabil nggak kemaleman pulangnya. Btw, rumahnya di Bekasi (pokoknya paling jauh). Oleh karena itu, kami pun segera mengantarnya ke Stasiun Serpong.
Namun, di tengah perjalanan si Salam dan Nuri menghilang. Gue dan Karin tetap mengantar Sabil ke stasiun. Setelah mengantar Sabil, Karin menelepon Nuri. Menanyakan mereka kenapa bisa menghilang tiba-tiba.
Oh, ternyata motornya Salam kehabisan bensin. Duh.
Lalu, gue dan Karin mencari tukang bensin eceran dan segera mengantarkannya ke Salam. Di tengah perjalanan, gue mencoba mendahului Karin karena merasa sudah hafal jalan. Saat di persimpangan, Karin memanggil-manggil gue.
Gue menoleh. Karin berteriak, “YOG, BELOK KANAN.”
Dan gue malah lurus-lurus aja. Bego. Saat mencoba puter balik dan mengikuti Karin, gue terpeleset pasir. Yak, gue jatoh. Bego banget. Gue pun menertawai kebodohan diri sendiri.
“Lu gapapa?” tanya Karin.
Gue tetap tertawa.
“Eh, serius lu gak kenapa-kenapa, kan?” Karin bertanya lagi.
“Woles. Gapapa,” jawab gue cengengesan.
“Oh, ya udah.” Mungkin dalam hatinya dia bilang, “Kasihan amat si Yoga, jatoh dari motor langsung gila gini.”
Gue dan Karin menghampiri Salam dan Nuri yang berhenti di pinggiran jalan. Karin memberikan bensin kepada Salam. Dan Salam pun langsung menuangkan bensin itu ke mulutnya tangki bensin motornya. Setelah itu, kami mampir ke Mekdi yang tidak jauh dari situ.
Mendokumentasikannya lagi.
Mekfluri dulu gaes |
Barulah kami pulang ke rumah masing-masing. Nuri naek kereta, sedangkan gue dan Salam naik motor.
Gue mengikuti Salam karena takut nyasar lagi. Apalagi kalo malem penglihatan gue lumayan ngaco.
Sampai di suatu jalan, tiba-tiba Salam kebingungan. Salam sedikit-sedikit menengok ke arah gue.
“Lam?” panggil gue. “Bener gak nih jalannya?” tanya gue ragu.
“Kayaknya nyasar deh, Yog,” jawab dia tanpa rasa berdosa.
Tokhaaaay. Sama aja ternyata dia kayak gue.
Dan pertanyaan gue, “Apakah nyasar itu menular?”
Bodo amatlah yang penting gue bisa selamat sampe rumah. Huwahaha.
Bagi yang ingin baca cerita kopdar yang lainnya, bisa kalian baca di sini:
Versi Karin: Karinara
Salam: Salam Inzaghi
Nuri: Nurlianasyaf
Dan karena Sabil belum nulis, coba aja tungguin di blog dia: Blog Kakak Kucing
Terima kasih sudah membaca. Komentarin dong gimana kopdar kami ini menurut kalian. :p
0 comments:
Post a Comment