Perihal Tulisan Kemarin

Di tulisan Yang Kedua kemarin, saat baru membaca judulnya, mungkin di antara kalian ada yang mencoba menebak-nebak apa isi tulisannya. Entah itu menganggap tulisan tentang gue jadi orang yang kedua (selingkuhan). Atau tentang bunyi Pancasila yang kedua: “kemanusiaan yang adil dan beradab” (ini nggak mungkin, Yog!)  Namun, bukan itu. Maksudnya adalah ulang tahun yang kedua sekaligus kepergian adik gue dua tahun lalu.

Barangkali ada yang belum membacanya. Boleh baca dulu (tetep promosi).

Selain menuliskan cerita, bagian yang paling seru dari ngeblog ialah membaca dan merespons komentar-komentarnya. Lihat tanggapan pembaca yang berbeda-beda itu seru aja. Gue salut kalo ada yang tiba-tiba ikutan curhat di kolom komentar. Mungkin sebagian tulisan gue ada yang mewakili perasaannya. Seneng saat diberikan pujian atau apresiasi, tapi lebih seneng lagi kalo ada yang berani kritik. Sehingga gue tau di mana letak kekurangan tulisan itu. Apalagi kalo ada komentar yang nggak nyambung, itu malah jadi kelucuan tersendiri buat gue.

Namun, saat baca-baca komentar kemarin, gue sendiri bingung mau respons apa. Tumben banget. Jadi misalkan ada yang kecewa sama balesan komentar gue yang singkat-singkat itu, gue minta maaf.  Eniwei, makasih banyak ya, Gaes.

Jujur aja, gue awalnya ragu untuk mem-publish tulisan itu. Penginnya cuma gue simpan di draft untuk dibaca-baca sendiri. Tadinya tulisan itu juga tidak ingin gue tambahkan komedi. Gue biarkan saja mellow. Namun, emang dasarnya gue yang kebiasaan memberi bumbu komedi, maka begitulah tulisan gue.

Apakah bercanda di tulisan sedih itu etis? Gue nggak tahu. Udah kebiasaan nulis keseharian yang niatnya pengin curhat dan berbagi (syukur-syukur ada yang terhibur). Nah, sekalinya ngetik tulisan sedih, gue jadi ngerasa aneh.

Kok, kayak bukan gue? Batin gue saat membaca ulang.

Sampe-sampe ada yang komentar, “Ini beneran Yoga yang nulis?”

Ya, pembaca aja ada yang nggak percaya. Hahaha. Emang gue nggak bisa nulis sedih, ya? Semua orang pasti punya kesedihan. Bedanya, ada yang diperlihatkan, dan nggak jarang yang disembunyikan. Gue sebenernya nggak begitu suka berbagi kesedihan. Takut pembacanya jadi ikutan sedih.  Makanya gue belajar tulisan komedi supaya orang-orang yang membaca blog ini bisa melupakan kesedihannya.

Tapi, ya... sesekali apa salahnya berbagi? Biar blog ini isinya nggak cuma cengar-cengir, absurd, ataupun berbau mesum. Yang terakhir abaikan.

Gue juga nggak bermaksud membuat para pembaca bingung. Antara sedih atau ketawa saat membaca itu. Dan setelah tulisan itu terpublikasi, bener aja ada komentar seperti itu.

“Bingung antara mau ngakak apa sedih baca tulisan ini.”
“Tulisan sesedih ini masih aja diselipin banyolan.”
“Artikel yang sangat menarik. JUDI BOLA. AGEN CASINO. BANDAR TOGEL.”

Bagusnya komentar terakhir otomatis masuk spam.

Oke, lanjut.

Gue udah mikirin apa pun risikonya, dan juga siap menerima bagaimana penilaian kalian terhadap gue yang masih sempet-sempetnya bercanda di tulisan tentang kematian.
Karena setiap hal pasti ada konsekuensinya. Gue cuma nggak pengin kalian ikut sedih dan jadi mengingat soal kematian. Tanpa kita sadari, kematian itu pasti teralihkan dengan sendirinya.

Jadi, gue minta maaf soal tulisan yang mengenai kematian nggak baik untuk dibercandain. Gue hanya ingin menertawai kecemenan gue dua tahun yang lalu. Mencoba memasukkan komedi di tengah-tengah keharuan. Pokoknya pas gue baca lagi suatu saat nanti atau mengenang itu, gue nggak sedih-sedih amat.

Gimana menurut kalian? Kasih kritik dan sarannya boleh, kok. Hehe.

Terima kasih.


***

Btw, selamat Hari Pahlawan dan setahunan gue nganggur. Yeaaaayy!
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment