Wih, nggak terasa udah hari Jumat. Berubah ganteng nih gue habis salat Jumat. Iya, gantengnya pas Jumat doang, selain itu kembali ancur. Sesuai janji gue di tulisan YANG INI, berarti sudah tiba saatnya untuk mengumumkan pemenang kuis. Sebelumnya, gue berterima kasih banget sama para pembaca yang udah berpartisipasi. GILAAAAA. GUE NGGAK NYANGKA BAKALAN RAME YANG IKUTAN.
Eh, maaf capslock kepencet.
Kalo kata Alam, ini kolom komentar gue udah kayak konser Bring Me The Horizon. RAME BANGET! Mungkin aja mereka pada headbang, terus moshing, ada juga mungkin yang keinjek-injek dan mati.
Astagfirullah.
Plis, jangan mikir jorok. Anuan itu maksudnya penggaris.
Daripada kelamaan, langsung saja.
Pemenang pertama adalah Icha Hairunnisa.
Gue memilih dia, karena dia membuat gue nyaman. Eh, bentar-bentar, ini gue milih pemenang apa milih apa deh? Sorry-sorry kurang fokus. Kalau dilihat dari komentarnya, dia benar-benar berkomentar secara tulus dari hati. Icha ini ternyata pembaca setia gue sejak lama. Buktinya dia tahu blog gue dari Nyunyu, berarti udah setahunan lebih dia rajin baca tulisan gue. Gue juga memperhatikan setiap komentarnya pasti panjang-panjang. Kayaknya dia emang demen deh sama yang panjang-panjang. Penggaris maksudnya. Tuh, kan! Kalian mikirnya mesum terus.
Udah gitu, manggil gue Yoganteng. Ya Allah, Icha. Kamu jujur banget, sih. Kalo di Jakarta udah gue traktir lu! Traktir lidi-lidian. Ini termasuk nilai tambah. Muahaha. Makasih, yak!
Pemenang kedua, Nikmatun Aliyah Salsabila.
Gue speechless baca komentarnya. Gue nggak nyangka banget kalo dia mendapatkan banyak manfaat dari blog ini. Bahkan, dia menyebutkan manfaat itu satu-satu. Gue terharu. Nggak habis pikir kalo blog yang agak mesum ini dapat menghibur dan menghasilkan manfaat untuk pembacanya. Hehe. Thanks, Bil.
Melihat kalian yang bersemangat mengikuti kuis ini. Gue akan memberikan pemenang tambahan. Yoeh, selalu ada kejutan bagi mereka yang setia mengikuti blog ini. Jangan bosen main ke sini.
Ketiga, Farih Ikmaliyani.
Gue suka sama cara dia menjawab pertanyaan bagaimana menyikapi pembaca yang masih sedikit. Dia introspeksi terhadap tulisannya. Dia bakal membenahi konten. Harus diakui juga, pembaca memang tidak datang sendiri. Kecuali, kalian memang sudah terkenal dan menjadi artis, selebtwit, seleblog, atau seleb 88 (SALEP WEY!)
Jangan pernah lupakan promosi. Mantap.
Keempat, Mbak Nita.
FYI, Mbak Nita ini emang hobi ngikutin kuis ataupun lomba, tapi kayaknya jarang menang. Yang jelas dia sekarang menang. Hehe.
Sebagian komentarnya begini: "Tulisan lo tuh gak di awal, gak di tengah, gak di akhir selalu saja memunculkan kejutan. Yaitu mes*m detected...atau lawakan yang mengalir apa adanya, ga dibuat-buat. Nah itu ciri khas yang selalu orang cari. Dan juga nasib apes lo yang kadang malah membuat orang ketawa..duh gw jahat.. maksudnya lo bisa meramu setiap pengalaman yang bahagia maupun yang sial menjadi konsumsi publik yang kalo kata gw patut dikaryakan."
Patut dikaryakan? Serius? Oh, penerbit, ajaklah aku bikin karya. Muehehe (ngarep). Makasih atas pujiannya, Mbak. Semoga gue bisa terus menghibur lewat blog ini, yak. Dan semoga lu bisa segera menemukan formula yang pas untuk tulisan lu.
Dari tadi cewek mulu, Yog! Modus lu, ya?
Astagfirullah. Masa iya niat gue seburuk itu? Ya, dikit, sih. Hahaha. Kagak-kagak. Bercanda, kok.
Nih, giliran cowoknya. Sengaja tadi ladies first.
Kelima, Rizqi Alam.
Meskipun dia yang sudah mengenalkan gue jenis desain ini. Dan karya gue tidak ada apa-apanya dibandingkan desain buatannya. Apalagi gue yang minderan soal desain. Namun, kuis tetaplah kuis. Komentar dia jujur. Nggak mengada-ngada. Serta dia merekomendasikan blog gue untuk daftar blogwalking. Thank you! Blog lu juga recommended untuk belajar Photoshop dan desain.
Keenam, Bayu Rohmantika.
Tujuan dia bikin blog ini yang paling beda. Unik banget. Dia mengutip kata-kata Pramoedya betapa pentingnya menulis. Dia ngeblog untuk menciptakan lembar sejarah tersendiri atas cerita pribadinya. Kereen. Dia juga bersedia meluangkan waktunya untuk komentar sebelum berangkat ke kantor. Uh, blog gue benar-benar dihargai sama pembaca. Terima kasih.
Kepada kalian wahai pemenang, tolong kirim foto kalian yang setengah badan aja (kepala dan badan, nggak perlu pake kaki). Kalo bisa yang kualitasnya bagus. Ya, biar nggak pecah dan enak ngeditnya.
Formatnya gini:
Nama: Yoga (misalnya)
Jenis desain: Double Exposure (misalnya atau malah yang efek polaroid)
Lampirkan foto (setengah badan) yang ingin diedit
Kirim ke: ketikyoga@gmail.com
Gue tunggu foto kalian, ya!
Pengerjaan kira-kira paling lama 3 hari (semoga nggak sibuk banget). Kebetulan gue emang lagi mencoba merintis usaha kecil-kecilan ini (daripada nganggur banget). Iseng-iseng buka jasa desain gitu deh. Doain, ya!
***
Ngomong-ngomong soal jasa desain, gue beberapa hari yang lalu menawarkan jasa desain ini ke beberapa grup WhatsApp. Baik itu grup blogger, kampus, ataupun alumni SMK. Meskipun banyak banget yang tidak acuh. Akhirnya, ada seseorang yang chat personal ke gue.
“Yog, edit foto gue yang ini bisa?”
Kemudian ia mengirimkan gue foto. Gue mulai mengira-ngira. Ini foto bisa atau nggak, ya? Namun, gue berusaha menyanggupinya. Meskipun fotonya sampe kaki. Ya, seharusnya setengah badan dan muka aja. Tapi, ya udahlah. Namanya juga pelanggan pertama. Masa gue nolak rezeki?
“Bisa-bisa,” balas gue di WA.
Gue bertanya ke dia, mau jenis desain yang mana. Double exposure atau efek polaroid?
Dia memilih efek polaroid. Gue langsung antusias banget ngerjainnya. Soalnya, emang baru banget belajar (dibaca: terlalu nekat). Beda sama double exposure yang udah beberapa kali latihan. Hehe. Gue mendesain foto dia menggunakan hati (sebenernya pake tangan, mouse, dan aplikasi Photoshop, tapi ini maksudnya pake perasaan, nggak asal bikin). Ya, gue selalu berkarya menggunakan hati. Menulis apalagi. Pokoknya biar dapet feel-nya gitu.
Jam 12-an malem, gue masih sibuk menatap layar. Berusaha merampungkannya secepat mungkin. Gue sengaja menunda tidur gue, yang penting pelanggan merasa puas (semoga kalian tidak berpikiran mesum). Kira-kira 45 menit berkutat dengan Photoshop, kelar juga desain foto dia. Gue pun langsung mengabarinya dan mengirimkan foto tersebut lewat email. Setelah itu, gue ketiduran sampe subuh. Bangun, salat bentaran, terus tidur lagi.
Pagi harinya, gue membuka chat itu dengan penuh semangat. Niat gue awalnya akan memberikan harga promo karena dia pelanggan pertama gue. Namun, dia hanya berkomentar, “Bagus, Bro. Makasih, ya.”
Sesingkat itu.
Gue bertanya-tanya dalam hati. Ini maksudnya apa, deh? Kok, dia nggak peka untuk nanya gimana pembayarannya?
DUITNYA MANA SETAAAANNN?
Gue nggak mau munafik. Gue bosen punya sifat yang ‘nggak enakan’. Gue memang lagi butuh uang. Tapi kayaknya gue terlalu emosi untuk membalas chat-nya sekarang. Gue tidur lagi karena... ya kurang tidur.
Setelah terbangun dari tidur, gue sempet lupa soal dia yang belum bayar jasa desain. Gue malah fokus baca novel. Kebetulan banget di sore hari, tiba-tiba ada chat masuk dari dia. Pucuk di cinta, rezeki pun tiba. Asyek. Gue buka chat dia pelan-pelan. Kemudian jantung gue berdebar nggak keruan. Anjir, ini kayak gue habis nembak cewek aja dan lagi nunggu jawaban. FYI, dia cowok. Gue pun merasa hina dan jijik.
Mantep nih, akhirnya dia sadar juga untuk bayar. batin gue.
Setelah gue buka isinya: “Lu ngeditnya pake apa, sih? Kok bisa keren gitu?”
Kucing kawin. Kebo bunting. Singa ompong. Udel bodong. Berak tapir.
TERUS KAPAN NGOMONGIN PEMBAYARANNYA ANJIRRRRRR?
Well, gue udah nggak tahan begini terus. Gue mulai basa-basi menyinggung biaya. Karena dasarnya dia yang bloon atau pura-pura nggak tahu, gue pun to the point.
Dia pun merespons, “Iya, Bro. Gue tahu lu lagi buka jasa desain. Tapi sama gue masih aja pake jasa-jasa segala nih, Bro? Parah lu! Hehehe.”
Dia pun merespons, “Iya, Bro. Gue tahu lu lagi buka jasa desain. Tapi sama gue masih aja pake jasa-jasa segala nih, Bro? Parah lu! Hehehe.”
LU YANG PARAH TUYUL!
Astagfirullah aladzim.
Gue udah nggak tahu mau bales chat dia apalagi. Gue menghela napas panjang, kemudian mengetik, “:))”
Gue udah nggak peduli lagi dia mau bayar apa enggak. Mungkin ini belum rezeki gue. Lagian kalo gue terusin untuk menagih upah itu, belum tentu juga dia akan bayar. Bisa aja dia bakal berkata, “BUSEH DAH. SAMA TEMEN AJA PERHITUNGAN!”, atau “GILA LU, MEN! KITA TEMENAN UDAH LAMA. MASA NGEDIT BEGINI AJA MINTA BAYARAN?!”
Mungkin dia nggak tahu rasanya mencari uang dari sebuah karya. Orang yang mencoba hidup dari karyanya itu sulit. Nggak banyak, kan, orang-orang yang full time penulis, desainer, atau pembuat karya lainnya? Apalagi kalo masih pemula, pasti butuh kerjaan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Nah, gue sendiri ini pemula banget. Baru memulai untuk bisnis jasa desain ini. Susahnya mencari pelanggan seperti apa. Ada yang cuma nanya-nanya, ujungnya nggak jadi.
Padahal dia juga tahu, kalo gue ini statusnya pengangguran. Apakah dia nggak mengerti keadaan teman yang sedang susah mencari uang? Masa hanya karena uang yang jumlahnya tidak seberapa aja bawa-bawa nama pertemanan. Bukankah seorang teman harus menghargai karya temannya? Nggak bisa membeli, ya bantu promosiin. Atau saat memesan, nggak perlu bilang “harga temen”. Kalo nggak salah si Arif alias Jung pernah menuliskannya di SINI.
Dan, jangan pernah minta gratisan. Kalo sama temen harus gratis, semurah itu, kah? Apakah harga dari sebuah karya yang baru gue pelajari ini harus gratis?
Gratis? MUHAHAHAHA. TOKHAAAY. Gue nggak akan keberatan ngasih sesuatu hal secara gratis, ya kalau gue memang pengin memberikannya secara gratis. Tanpa ada keterpaksaan. Padahal gue belajar desain ini nggak gratis; gue baca-baca artikel tentang desain—double exposure dan efek polaroid, tanya ke temen yang paham soal desain, serta nonton tutorialnya di Youtube. Gue udah menghabiskan banyak waktu dan kuota. Lalu, ini dihargain gratis?
Dan, jangan pernah minta gratisan. Kalo sama temen harus gratis, semurah itu, kah? Apakah harga dari sebuah karya yang baru gue pelajari ini harus gratis?
Gratis? MUHAHAHAHA. TOKHAAAY. Gue nggak akan keberatan ngasih sesuatu hal secara gratis, ya kalau gue memang pengin memberikannya secara gratis. Tanpa ada keterpaksaan. Padahal gue belajar desain ini nggak gratis; gue baca-baca artikel tentang desain—double exposure dan efek polaroid, tanya ke temen yang paham soal desain, serta nonton tutorialnya di Youtube. Gue udah menghabiskan banyak waktu dan kuota. Lalu, ini dihargain gratis?
Meskipun gue pemula, tapi ya jangan perlakukan gue semena-mena begitu dong. Gue juga bakal belajar lagi biar skill-nya meningkat. Justru karena ada yang menghargai karya gue, maka gue tambah semangat.
Ah, ya udahlah. kepanjangan deh ini curhatnya.
Terima kasih. Sekali lagi, selamat kepada para pemenang kuis kecil-kecilan ini. Yang belum menang, jangan bersedih. Mungkin rezeki kalian ada di tempat lain. Tapi, kalo kalian tetep mau fotonya diedit begitu, bisa dibicarakan sama gue (promosinya tetep). Halah.
Ya, siapa tahu aja ada yang khilaf mesen. Aamiin.
0 comments:
Post a Comment