Kopdar Ketiga dan Menjadi PJ

Waktu awal Mei, temen-temen blogger mulai meramaikan grup WA untuk membahas kopdar. Kebetulan gue yang jadi PJ-nya. PJ di sini bukan seperti yang kalian tau: Pajak Jadian. Bukan. PJ itu adalah Penanggung Jawab.

Ini adalah pengalaman pertama gue menjadi PJ di kumpul-kumpul blogger. Kami rencananya bakal kumpul di rumah Kak Lia. Sedihnya, para anggota jarang yang ikut.
Ketika gue pastiin siapa aja yang ikut di grup, mereka semua beralasan macam-macam; ada yang alasan karena banyak tugas kuliah, ada yang alasan karena udah ada acara lain duluan, ada yang alasan karena mencintai itu nggak butuh alasan. Halah. Malah nggak nyambung. Intinya mereka berhalangan hadir untuk kopdar.


Gue udah frustrasi banget waktu itu, apalagi ditambah si Nurri—anggota blogger yang jadi PJ bareng gue—chat gue di WA.
Nurri : Yog, gimana ini banyak yang nggak ikut?
Gue : Ya udah gapapa, kan gue juga nggak ikut.
Nurri : Apa-apaan lu!

Terus WA-nya gue read doang. Mampus!

Kemudian pagi itu di hari H, gue udah males-malesan banget buat dateng. Ya soalnya, di grup yang konfirmasi buat ikut itu cuma 3 orang: Tiwi, Nurri, dan Darma.
Lu terus nggak mau ikut, Yog?
Gue? Gue kan males ikut.
***

Sekitar jam 11 pagi atau siang, ( jam 11 itu pagi apa siang? ) gue dengan males-malesan, akhirnya bangkit dari kasur untuk mandi. Ketika gue mandi, Nyokap malah menyuruh gue bantuin bikin pesanan. Jadi, di hari itu Nyokap gue ada pesanan bikin kue-kue gitu. Seperti kue pisang, lontong isi, dan lontong isi pisang. Yekali!

Karena gue nggak mau jadi anak durhaka yang nanti dikutuk jadi batu, gue pun nurut dan segera bantuin.
Sekitar jam 12, pesanan itu belum kunjung selesai. Kalo pesanan ini kelar jam 2, gue pasti menjadi tambah males untuk dateng. Bagusnya, gue segera bilang, “Bu, Yoga ada janji jam 1. Boleh ditinggal?”
“Lah, kalo ada acara mah ngomong, Le,” kata Nyokap.

Dengan berat hati, gue harus mandi. Gue meninggalkan pesanan yang sedang dikerjakan itu. Nyokap akhirnya meminta tolong Bokap, ya orangtua gue memang pengertian.

Setelah mandi dan salat, kira-kira jam 12.30, gue berangkat dari rumah.

***

Gue ngabarin ke grup WA, kalau gue kayaknya sampe jam 15.00. Gue menduga jalanan pasti macet dan gue memang hobi nyasar. Yakali nyasar dijadiin hobi. Anti mainstream banget.
Kampretnya, mereka nggak ada yang merespons chatgue.

Setelah melewati macet, gue pun sampai di Graha Telkom—deket rumah Kak Lia.
Gue chat ke grup, apa alamat lengkap rumahnya. “Dari Graha Telkom ke mana, nih? Cepet direspons, ya.”
Di saat itu juga, perut gue mendadak mules. Iye, gue pengin boker.

Gue menunggu chat gue dibaca dan dibalas. Sekitar 2 menit kemudian terdapat balasan. “Maaf, Sist, hari Minggu kami selalu slow respons. Mau pesen barang yang mana?”
YAKALI. Dikira lagi WA admin online shop.

Dengan membaca petunjuk yang ada, gue mengikuti arahnya. Kemudian gue langsung buta arah, gue pun berniat bertanya kepada orang di jalan. Yang gue bingung, orang-orang ini nggak tau alamat rumah Kak Lia. Karena gue orangnya nekat, ya gue jalan lurus terus aja sampe ketemu masjid di pinggir jalan yang dimaksud di alamat. Entah gue yang nggak ngeliat sebelah kiri, atau gue yang emang hobi nyasar.

Setelah itu, HP terasa berbunyi. Gue pun mengangkat telepon dari Kak Lia.
“Yog, kamu di mana?” kata Kak Lia. “Dengan siapa? Semalam berbuat apa?”
WOI! GUE YOGA! BUKAN YOLANDA!
Oke-oke, serius.

Gue ternyata beneran nyasar, dan hampir ke daerah Bintaro. FYI, tempat kopdarnya di daerah Serpong. Mau nggak mau, ya gue puter balik lagi.
Hmm, mungkin kira-kira gue udah 30 menit nyasar di antah berantah, mana perut gue nggak bisa diajak kompromi.

Sambil nyari alamat, gue juga nyari toilet umum. Sayang sekali, nggak ada toilet umum di daerah ini.
YA ALLAH, KAPAN PENDERITAAN INI BERAKHIR? HAMBA HANYA INGIN BOKER!

Arti PJ yang Penanggung Jawab pun berubah menjadi PARAH JAUH. Iya, gara-gara nyasar semuanya jadi tambah jauh. Kampret.
Sekitar 10 menit kemudian, Om Andy—blogger yang biasa dipanggil sama temen-temen di grup Om—menjemput gue.
***

 Akhirnya, sampe juga di rumah Kak Lia. Gue melihat ada Tiwi, Nurri, Adi, Kak Lia, dan beberapa orang lain yang nggak gue kenal sebelumnya.

Setelah bersalaman, gue mengenal temen baru; Darma yang sejak hari itu dipanggil Tango, Salam yang ternyata satu kampus sama gue, Lukman yang nggak taunya senior.

Karena tidak bisa membohongi diri sendiri, gue berterus terang kepada Kak Lia. “Kak, gue numpang ke toilet, ya.”
“Ya udah, langsung aja itu ada di sebelah kiri,” kata Kak Lia sambil nyengir.
“Kayaknya bakal lama, ya.”
“HAHAHAHA, Iya gapapa.”
Setelah melakukan ritual di toilet ( dibaca: boker ), gue kembali bergabung bersama yang lain.
Yang lain langsung bertanya, “Udah, Yog?”
“Alhamdulillah udah. Lega banget,” jawab gue terlalu jujur.
Mereka langsung pada tertawa.
“Oh, jadi lu lama dari tadi tuh boker?” tanya Lukman.
“Iya.”
“PANTESAN!” kata Lukman kesel.

***

Seperti kopdar-kopdar sebelumnya, kami memperkenalkan diri masing-masing. Dan gue sebagai PJ ditanya Lukman ingin membahas apa di kumpul keblog kali ini. Sebenernya, gue udah bilang dari awal di grup, kalo gue nggak suka bahas-bahas yang pake topik gitu. Terlalu formal banget. Gue pengin kumpul kali ini lebih ke sharing aja. Bukan tentang membahas satu topik yang dikasih tau sama satu orang. Kesannya terlalu menggurui. Gue nggak suka sama hal yang begitu. Kami di sini sama-sama belajar. Jadi, gue pengin yang kumpul ini buat seru-seruan. Nggak usah terlalu fokus membahas materi. Kumpul itu buat have fun.

Kami lebih banyak ngobrol-ngobrol, lebih tepatnya si Lukman yang lebih sering ngomong. Nggak ngomong, sih, tapi malah ngecengin orang. Tango dan Tiwi yang jadi korban di hari itu. Tango dicela terus karena gaya ngomongnya yang kocak. Lalu, semua aib Tiwi dibuka habis-habisan sama Lukman. Nggak sekalian bajunya lo buka, Man? Astaghfirullah.

Menurut gue, kopdar kali ini lebih intim. Gue merasa lebih akrab sama yang lain dibanding kopdar-kopdar sebelumnya. Bukan soal orangnya hanya sedikit yang dateng, tapi karena gue PJ-nya. HUWAHAHAHA.

Oke, serius. Karena ada si Lukman yang membuat kita berbaur satu sama lain. Sebelumnya, setiap kopdar, kebanyakan pada misah-misah. Mungkin ada 3 atau 4 kelompok di dalam perkumpulan. Yang cewek-cewek pada selfie sendiri, cewek yang lain juga gosip sendiri, yang cowok kadang ikutan gosip, dan yang cowok lain malah bingung sendiri harus ngapain.

Kopdar ini diisi dengan ngemilin kacang rebus, ngopi, cerita-cerita tentang masa kejayaan Jamban Blogger Jabodetabek ( di zaman Kevin Anggara yang sekarang jadi artis itu masih sering kopdar ), dan pembacaan puisi dari Om Andy. Tadinya mau gue upload videonya, tapi kuota gue nggak cukup. Huft.

Oiya, ini foto-fotonya.


Depan :Om Andy, Kak Lia, Tiwi, Nuri, Salam, Adi
Belakang : Lukman, Gue, Darma atau Tango
Nurri dan Kak Lia

Candid bersama Tango
Terus ada juga foto-foto Tiwi yang PDKT sama Salam.

Awalnya berjauhan

Ciye mulai deket

Gue dan Lukman lagi dengerin Tango Curhat



Candid : Kak Lia, Adi, gue 
Sekitar jam 5 sore, gue mendadak laper. Tapi gue malu untuk makan sendirian. Lagian gue juga udah malu banget pas numpang boker. Kan takutnya dibilang nggak tau diri sama yang punya rumah atau yang lain.
“Udah numpang boker, minta makan lagi. Nggak tau diri banget si Yoga. Emang bangsat tuh anak.”

***

Sehabis Magrib, kami pun pamitan kepada Lia dan ibunya. Kami pulang menuju rumah masing-masing. Kami—yang membawa motor—mengantar yang pulangnya naik kereta ke stasiun. Sampai di stasiun, tiba-tiba gue mendengar suara tangisan. Horor banget. Awalnya gue mengira itu suara kuntilanak. Tapi ternyata, bukan sodara-sodara. Mana ada kuntilanak pake jilbab. Nah, di sinilah terjadi tragedi yang aneh. Untuk lebih jelasnya, bisa baca tulisan Adi di SINI.

Iya, kami balik lagi ke rumah Kak Lia karena Nurri tiba-tiba keram. Namun, si Lukman, Tango, dan Salam tidak kembali ke rumah Kak Lia lagi.

Awalnya gue kesel sama Nurri, soalnya ini anak aneh amat. Tadi pas kopdar nggak kenapa-kenapa, pas udah di perjalanan pulang malah bikin yang lain panik. DASAR PAYAH! DASAR LEMAH! ( ceritanya ngikutin Killer Bee ngerap di film Naruto ) Sebagai PJ yang baik, gue harus bertanggung jawab sama keadaan anggota blogger yang ikut. Kampretnya, kenapa PJ juga yang malah harus gue pertanggung jawabkan? Tanggung jawab sendiri dong lu jadi PJ, Nur! Tapi gapapa, berkat Nurri, gue jadi makan gratis di rumah Kak Lia. HOHOHO.

Terima kasih Nurri.

Selesai makan, Kak Lia membuatkan teh hangat. Nah, di sini malapetaka itu terjadi kembali. Ketika gue ingin menuangkan teh dari teko ke gelas, anehnya teh itu nggak mau keluar. Ternyata belum diputer. Kampret. Setelah diputer, dijilat, dicelupin. LU KIRA OREO, YOG?!
Maaf.

Setelah diputer, ternyata susah banget. Entah tutupnya emang keras, atau gue yang nggak ngerti. Gue mengeluh, “Ini cara bukanya gimana, ya? Gue norak banget ini.”
Kak Lia pun langsung menghampiri gue dan bermaksud memutar tutup teko itu. Ketika tutup teko diputar, gelas—yang berisi teh milik Tiwi—tersenggol Kak Lia. Air teh itu pun tumpah ke celana gue. Iya, celana gue. Basah dan panas. Gue pun langsung ke toilet. Gue ciprat-cipratin air kran biar celana gue nggak disemutin.

Dan dengan berat hati, mau nggak mau, gue harus mencopot celana panjang hitam yang gue pakai. Gue hanya memakai celana pendek sepaha. Begitu keluar dari toilet, Adi, Om Andy, dan Tiwi melihat gue dengan takjub.
“Wow, Yoga seksi banget,” kata Tiwi.
Mungkin juga Adi dan Om Andy berkata seperti itu, tetapi di dalam hati.

Kak Lia pun merasa bersalah banget sama gue. Dia tidak berhenti meminta maaf. Gue bilang aja, “Santai aja, Kak. Udah gapapa. Hehehe.”
JADI GINI? MENTANG-MENTANG GUE UDAH NUMPANG BOKER DAN MINTA MAKAN. GUE DISIRAM TEH PANAS? Batin gue.

Merasa aurat gue terbuka, gue copot kemeja kotak-kotak gue dan langsung menutupi paha gue dengan kemeja itu.
“Kayak pake sarung lu! Kemeja ditaro paha,” kata Om Andy.
“HAHAHA, kocak lu, Yog.” Adi hanya bisa tertawa melihat penderitaan gue.
“Ya, habisnya ini kan aurat,” kata gue sok alim.
“HAHAHAHA.” Mereka semua tertawa. Apalagi Tiwi yang ketawa paling bahagia, bales dendam banget ngetawainnya. Mentang-mentang ketika siang gue ngakak pas ngetawain dia.

***

Sekitar jam 10 kalo nggak salah, abangnya Nurri menjemput. Kami pun siap-siap untuk pulang.
Terima kasih untuk kalian semua, terutama Kak Lia yang udah bersedia menampung para manusia yang kampret-kampret ini, terutama gue yang udah numpang boker. Karena kalian, gue bisa menuliskan cerita yang absurd ini.

Maaf, jika yang datang hanya sedikit. Semoga tidak menyesal memilih gue sebagai PJ. Jangan kapok, ya. Sampai ketemu lagi di kumpul-kumpul selanjutnya. See you, Guys.


Terima kasih juga untuk yang udah baca sampai habis. Kalian punya cerita seru yang absurd banget pas kopdar? Boleh cerita di kolom komentar.
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment