Singa Licik dan Kancil Cerdik

Di suatu pagi, Kancil, Kambing,dan Sapi mendapatkan tugas dari Pak Tani. Tugasnya adalah mencari jeruk ajaib. Pak Tani membutuhkan jeruk ajaib itu untuk mengobati sariawan. Buah jeruk ajaib hanya tumbuh di kebun milik Bu Tina. Pak Tani dan Bu Tina dahulu adalah tetangga yang berteman sejak balita, mereka sering bersama-sama. Tapi sekarang, Bu Tina pindah ke desa Suka Maju, sedangkan Pak Tani masih menetap di desa Tetap Mundur. Namun, sampai sekarang mereka masih berteman baik.
Jarak antara desa Suka Maju dan desa Tetap Mundur memang lumayan jauh. Untuk menuju ke desa Suka Maju harus mendaki gunung, melewati lembah, menyeberangi sungai, dan menerobos hutan. Sayangnya, di dekat hutan, ada sebuah tempat yang dihuni oleh Singa. Sehingga Pak Tani harus meminta tolong kepada Kancil, Kambing, dan Sapi. Karena sesama hewan diperbolehkan untuk melintas di habitat Singa, sedangkan untuk manusia ada beberapa syarat khusus.

Kancil, Kambing, dan Sapi pun memulai perjalanannya. Mereka bertiga berhasil mendaki gunung dan melewati lembah dengan mudah. Ketika menyeberangi sungai, Kancil, Kambing, dan Sapi agak sedikit kesulitan. Karena di sungai itu hidup beberapa Buaya yang kejam, dan suka memakan hewan-hewan ternak.
Tapi, keberuntungan memihak kepada Kancil, Kambing, dan Sapi. Kebetulan ada seorang manusia yang hendak menyeberangi sungai menggunakan perahu. Mereka bertiga pun diperbolehkan menumpang.
Satu masalah kelar, muncul masalah baru. Kini, Kancil, Kambing, dan Sapi harus menerobos hutan dan melewati habitat Singa. Sebenarnya, setiap hewan boleh lewat. Tetapi, terkadang si Singa itu licik. Ia suka memberikan pertanyaan. Jika jawabannya benar, hewan itu boleh melintas. Jika jawabannya  salah, Singa akan memakan hewan itu.
Sekali lagi, keberuntungan memihak kepada mereka bertiga. Sang Singa sedang tertidur pulas. Mereka pun berhasil melintasinya dengan selamat.

***

“Permisi, Bu,” kata mereka bertiga, kompak.
“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Bu Tina.
“Kami bertiga sedang melaksanakan tugas. Pak Tani mengutus kami datang ke sini untuk meminta buah jeruk ajaib,” ujar Kancil. Ia berbicara mewakili yang lain.
“Oh, Pak Tani. Apa kabar dia?”
“Sedang sakit sariawan. Sudah seminggu tidak kunjung sembuh,” celetuk Kambing.
Astaghfirullah.” Bu Tina terkejut. “Ya udah, kalau begitu silahkan ambil saja buah jeruk ajaib itu. Nanti tolong sampaikan salam saya kepada Pak Tani, ya,” lanjut Bu Tina.
“SIAAAAPPPP!” jawab mereka bertiga kompak.
Kancil, Kambing, dan Sapi sudah membawa buah jeruk ajaib itu.
Ketika di perjalanan pulang, sang Singa sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. Ini adalah sebuah masalah. Mereka bertiga pun sangat ketakutan. Terjadi perundingan siapa yang berani melintas habitat Singa terlebih dahulu. Mereka melakukan gambreng.
Hompimpah alaihum gambreng, Pak Tani pake baju rombeng. Nasib malang menimpa si Kancil. Dari mereka bertiga, si Kancil lah yang kalah ketika hompimpah. Untuk itu, si Kancil harus melewati habitat Singa terlebih dahulu.
***
“Wah, si Kancil berhasil lewat, Mbing,” kata Sapi, takjub.
“Iya, dia emang cerdik, sih.”
“Yaudah, sekarang giliran lu.”
“Lu duluan aja, Pi,” ucap Kambing.
“Gue belum mau mati. Lu duluan aja,” kata Sapi sambil mendorong Kambing.
Kemudian si Kambing mencoba melewati habitat Singa dengan perasaan cemas.
“Permisi Raja, saya mau numpang lewat,” kata Kambing kepada Singa.
“Boleh, silahkan.”
Ketika Kambing mulai melangkah, tiba-tiba sang Singa mengaum.
Kambing pun panik.
“Saya lapar,” ujar Singa.
“Jangan makan saya Raja,” kata Kambing, memohon. Raut wajahnya begitu pucat.
“Oke, ada syaratnya tapi. Kamu harus menjawab pertanyaan ini. ‘Menurut kamu, habitat saya ini bau atau tidak?”
Si Kambing pun berpikir sejenak. Kancil itu cerdik. Pasti tadi dia berhasil lewat karena menjawab bohong. Batin si Kambing.
“HABITAT RAJA BEGITU WANGI. SAYA SUKA SEKALI DENGAN AROMANYA,” teriak Kambing penuh semangat.
“KAMU PIKIR, SAYA BODOH? HABITAT SAYA BAU BEGINI, KAMU BILANG WANGI! MAU MELEDEK KAMU, YA?” ucap Singa penuh emosi.
Singa pun menerkam Kambing itu tanpa ragu-ragu.
Tamat sudah riwayat Kambing.
***
Sapi yang melihat kejadian itu langsung gemetaran. Tetapi, Sapi menjadi tau jawaban yang mungkin benar. Sapi mulai mendekati sang Singa.
“Permisi, saya hanya ingin lewat Paduka.”
“Kamu harus jawab pertanyaan saya dahulu,” kata Singa sambil mengunyah Kambing.
Kalo pertanyaannya beda gimana, nih? Kata Sapi dalam hati.
“Apa pertanyaannya?”
“Habitat saya ini, bau atau tidak?”
Si Kambing menjawab bohong lalu dimakan. Berarti harus jawab jujur.
Dengan penuh keyakinan, si Sapi langsung menjawab, “BAU BANGET. SAYA AJA MAU MUNTAH RAJA.”
Singa sudah melahap kambing hingga habis. 
Kemudian, sang Singa langsung menggigit leher Sapi. Darah mulai mengalir deras, dan Sapi tergeletak lemas. Setelah itu, Singa langsung menggerogoti tubuh Sapi.
Nasib Sapi sama seperti Kambing. Mereka berdua gagal menjalankan tugas dan mati.
***
Kancil sudah berada di rumah Pak Tani. Pak Tani juga sudah memakan buah jeruk ajaib yang dibawa Kancil. Karena Kambing dan Sapi tak kunjung datang, Pak Tani kemudian bertanya kepada Kancil.
“Cil, mana kedua temanmu?”
“Saya juga kurang tahu, Pak,” jawab Kancil, bingung.
Ketika Kancil dan Pak Tani sedang mengobrol tentang Kambing dan Sapi. Datanglah Burung memberi kabar. Biasa disebut ‘kabar burung’.
“Permisi, saya ingin mengabarkan kalau Kambing dan Sapi telah tewas ketika melintas di habitat Singa. Singa itu memakan mereka berdua dengan lahap.” Burung itu pun langsung pergi.
Mendengar kabar itu, Pak Tani dan Kancil terkejut. Karena harus kehilangan kedua temannya itu.
“Lalu, bagaimana kamu bisa selamat dari si Singa itu, Cil?” tanya Pak Tani.
“Tadi Singa itu hanya memberikan pertanyaan kepada saya, Pak.”
“Singa itu bertanya apa?”
“Singa bertanya, ‘Menurut kamu, habitat saya ini bau atau tidak?’ begitu, Pak.”
“Kamu menjawab apa?” tanya Pak Tani penasaran.
“Maaf sebelumnya Raja, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Karena hidung saya sedang pilek.”
“HAHAHAHA.” Pak Tani pun tertawa. “Kamu memang cerdik, Cil,” kata Pak Tani memuji.
“Singa itu memang licik. Saya tau tidak ada jawaban yang benar. Jadi, saya juga harus bisa menipunya. Hehe.”
TAMAT.


*) Tulisan ini sudah diedit dari tulisan sebelumnya. Karena ada komentar dari pembaca yang mengingatkan kalo di hutan nggak perlu dikandangin lagi. Maksud gue sebenernya juga bukan kandang, tapi tempat tinggal khusus, atau wilayahnya si Singa gitu. Oke, kata kandang gue ubah menjadi habitat. Terima kasih. :)
SHARE

Unknown

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment